Manajemen
konflik dan kreativitas organisasi
A.MANAJEMEN KONFLIK
1.Konflik, kompetisi dan kerjasama (conflict, competition and
cooperation)
Konflik organisasi
(organization conflict) adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak
anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber-daya yang langka,
atau aktifitas kerja dan/atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penilaian
atau pandangan yang berbeda. Para anggota atau
sub-unit yang sedang berselisihan akan berusaha agar kepentingan atau pandangan
mereka mengungguli yang lainnya.
Kompetisi terjadi, apabila
tujuan kedua pihak yang saling berhadapan tidak sesuai, akan tetapi pihak-pihak
yang bersangkutan tidak dapat mencampuri usaha pihak lain.
Kerjasama (cooperation)
terbina apabila dua atau lebih banyak pihak bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Ada
kemunkginan, bahwa konflik dan kerjasama dapat berdampingan (co-exist). Lawan
kerjasama ialah bukan konflik, tetapi tidak ada kerjasama.
2. Perubahan
pandangan mengenai konflik (changing views of conflict)
Sikap terhadap
konflik dalam organisasi telah mengalami perubahan besar selama 30 tahun
belakangan ini. Stephen P. Robins telah meneliti evolusi ini dan menjelaskan
tentang adanya perbedaan antara pandangan antara pandangan tradisional mengenai
konflik dengan yang sekarang, yang dinamakannya pandangan interaksi
(interactions).
Pandangan tradisional mengenai
konflik ialah, bahwa hal ini tidak perlu dan sangat
merugikan. Dahulu para manajer dan para pengarang buku manajemen pada umumnya
mengira, bahwa timbulnya konflik dengan jelas menandakan ada sesuatu yang tidak
beres dalam organisasi. Jika kesalahan ini diperbaiki, maka menurut pandangan
tradisional itu organisasi akan berjalan lancar dan berfungsi sepenuhnya
sebagai suatu keseluruhan.
Pandangan sekarang ialah,
bahwa konflik dalam organisasi tidak dapat dielakkan, malah dianggap perlu
tanpa memperdulikan bagaimana organisasi itu didesain dan dioperasikan.
Pandangan ini tetap menegaskan, bahwa konflik pada hakekatnya bersifat tidak
fungsional, karena dapat merugikan individu dan menghambat tercapainya tujuan
organisasi. Akan tetapi ada juga konflik yang fungsional, kerana menjadikan
organisasi lebih efektif. Konflik dapat mengharuskan dicarikan penyelesaiannya.
Jadi konflik seringkali merupakan sarana untuk mengadakan pembaharuan dan
perubahan dalam organisasi.
Bertolak dari perspektif ini, tugas
manajer bukanlah untuk meredakan atau memecahkan semua konflik, melainkan
mengelolanya (manage), agar dapat mengurangi sampai seminim-minimnya
aspek-aspek yang merugikan dan memperbesar semaksimal mungkin aspek-aspek yang
menguntungkan. Manajemen semacam ini bahkan akan menempuh jalan membangkitkan
konflik (stimulation) dalam situasi, dimana tidak adanya perselisihan, atau
penumpasan dapat merintangi efektivitas, kreativitas atau pembaharuan
(innovation) organisasi.
3.Konflik
fungsional dan disfungsional (functional and dys-functional conflict).
Konflik secara inheren bukan
fungsional dan bukan pula disfungsional,
tergantung kepada cara pengelolaannya. Umpamanya, manajer perusahaan
terlibat dalam konflik mengenai bagaimana caranya membagi-bagikan anggaran
tahunan diantara devisi-devisi perusahaan itu. Jika dikelola dengan tepat,
konflik semacam ini dapat menghasilkan cara yang baru untuk membagi-bagikan
anggaran tadi, yang menguntungkan bagi seluruh perusahaan. Umpamanya dapat
dialokasikan lebih banyak uang untuk divisi-divisi perusahaan yang paling cepat
pertumbuhan pasarannya. (Dalam hal ini manajer yang akan mendapat pembagian
uang yang kurang daripada biasanya, mungkin akan menganggap konflik itu sebagai
disfungsional, akan tetapi secara keseluruhan menguntungkan bagi organisasi).
Hasil fungsional lainnya dari konflik ialah (1) manajer menemukan cara yang
lebih efektif untuk membelanjakan uang yang diterimanya; (2) ia menemukan cara
yang lebih baik untuk menghemat pengeluaran uang, atau (3) ia memperbaiki
seluruh hasil unit-unitnya tersebut. Akan tetapi hasil kesudahan konflik dapat
juga disfungsional. Umpamanya, kerjasama antara para manajer terhenti, sehingga
sulit untuk mengkoordinasikan aktivitas organisasi.
Jenis konflik
(type of conflict). Ada lima
jenis (tipe) konflik yang dapat timbul dalam kehidupan organisasi, yakni :
- Konflik di dalam individu
- Konflik antara individu
- Konflik antara individu dan kelompok
- Konflik antara kelompok di dalam organisasi yang itu juga
- Konflik antara organisasi
Konflik di
dalam individu (conflict within the individual),
adalah kasus khusus yang tidak dimasukkan kedalam perumusan kita yang pertama
mengenai konflik. Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap
pekerjaan mana yang harus dipenuhi berkonflik dengan syarat-syarat kerja
lainnya, atau jika ia diharapkan dapat berbuat lebih banyak daripada yang
menurut perasaaannya mampu ia kerjakan. Jenis konflik ini kerapkali
mempengaruhi cara individu itu memberikan tanggapan terhadap jenis-jenis
konflik
organisasi lainnya
.
Konflik
antara individu (conflict between individuals) di
dalam organisasi yang itu juga kerapkali dianggap sebagai akibat personalitas
(kepribadian) yang berbeda. Lebih sering lagi konflik semacam itu tercetus
akibat tekanan yang berhubungan dengan
kedudukan (seperti antara manajer dan bawahannya) atau akibat cara orang-orang mempersonalitaskan konflik antara kelompok.
Konflik
antara individu dan kelompok ( conflict between individual and groups) seringkali bertalian dengan cara individu menanggapi tekanan
tentang kesamaan (conformity) yang dilakukan kelompok-kerja terhadapnya.
Konflik
antara organisasi (conflict between organizations)
dipandang sebagai bentuk konflik yang inheren dan disukai didalam system
perekonomian AS dan banyak Negara lainnya, setidak-tidaknya jika konflik itu
terbatas kepada kompetisi ekonomi. Konflik semacam ini diakui sebagai sarana
untuk mengembangkan produk baru, teknologi, jasa-jasa, harga yang lebih rendah
dan pemanfaatan sumber-daya yang tersedia secara lebih efisien.
4. Sumber-sumber
konflik organisasi ( sources of organizational conflict)
Sumber-sumber
utama konflik organisasi terdiri dari 3 hal, yakni : keharusan untuk
membagi-bagi sumber-daya yang langka; tujuan yang berbeda antara unit-unit
organisasi; saling-ketergantungan aktivitas kerja di dalam organisasi dan
perbedaan dalam penilaian dan pandangan (perceptions) antara unit-unit organisasi.
Perbedaan
didalam Penilaian atau Pandangan (Differences in Values or Perceptions).
Perbedaan dalam tujuan antara para anggota berbagai unit didalam organisasi
seringkali disertai dengan perbedaan dalam sikap, penilaian dan pandangan,
sehingga dapat menimbulkan juga konflik.
Sumber-sumber
Konflik lainnya : Gaya Individu dan Ambiquitas
Organisasi (Individual Styles and Organizational Ambiguities). Ada orang yang menyukai
konflik, debat, dan argument; jika dapat tetap dikendalikan, maka perselisihan
yang ringan dapat memberikan dorongan (stimulate) kepada anggota-anggota
organisasi untuk memperbaiki prestasi mereka. Akan tetapi ada individu yang
berusaha memperuncing konflik, sehingga debat dan argumen menjadi perang
terbuka.
Di samping konflik yang dicetuskan
oleh individu yang gemar berpetualang, konflik antar golongan dapat juga
disebabkan oleh tanggung jawab pekerjaan yang perumusannya bersifat ambigue
(samar-samar) dan oleh tujuan yang kurang jelas.
Komunikasi yang
membingungkan dapat mencetuskan konflik antar kelompok, karena istilah yang
sama diartikan lain oleh kelompok lainnya.
Dinamika dan
konsekuensi konflik organisasi (dynamics and consequences of organizational
conflict)
- Mempererat hubungan (increased cohesion)
- Munculnya pemimpin (rise of leaders)
- Pandangan yang sesat (distorted perceptions)
- Peningkatan dalam stereotype yang negative (increase in negative stereotypes)
- Memilih wakil yang kuat (selection of strong representatives)
- Membutakan pandangan (development of “blind spots”)
5. Dinamika
konflik perselisihan sampai kepada antagonisme (permusuhan)
Meskipun
sumber-sumbernya berlainan, namun kontroversi dalam organisasi berkembang
secara hebat melalui jalan yang sama.
Jika konflik itu
dikelola dengan buruk, maka masalah khusus yang mencetuskan konflik akan
membuka jalan bagi munculnya lebih banyak masalah-masalah umum.
Sementara konflik menajam, masalah
baru yang kerapkali tidak berhubungan dengan persoalan semula tampak ke muka.
Subyek yang tadinya sudah di kubur kini tampil lagi dan masalah baru diajukan
untuk meyakinkan kepada mereka yang sebegitu jauh belum mempunyai komitmen,
agar turut serta dalam perselisihan.
6. Konsekuensi
fungsional dan disfungsional (functional dan dys-functional consequences)
Sekali konflik telah berakhir, maka bagi pemenang dan yang kalah ada
perbedaan konsekuensinya. Para pemimpin
kelompok yang menang biasanya memperkuat kepemimpinannya atas kelompok itu.
Sebaliknya,
kelompok yang kalah cenderung untuk pecah dalam fraksi-fraksi, karena para
pemimpin yang lama menghadapi tantangan dari calon-calon pemimpin yang baru.
Tiga factor menentukan apakah
kesudahan suatu konflik akan fungsional atau tidak; tingkat konflik, struktur
organisasi dan suasana serta caranya konflik itu di kelola.
Metode
merangsang konflik (conflict stimulation methods)
Situasi di mana konflik terlalu
rendah pada umumnya melibatkan orang-orang yang takut untuk “menggoncangkan
kapal”. Daripada berusaha untuk menemukan cara-cara baru yang lebih baik,
mereka lebih suka menerima keadaan bagaimana adanya. Peristiwa (event),
perilaku dan informasi yang dapat merangsang orang untuk bekerja lebih baik,
diabaikan; para anggota kelompok mentolerir kelemahannya masing-masing dan
ketidak-adanya prestasi. Manajer kelompok-kelompok semacam itu yang menjadi
cemas unit-unitnya akan hanyut begitu saja, kerapkali mendapatkan, bahwa
merangsang kompetisi dan konflik dapat menimbulkan pengaruh yang hebat.
Saran untuk
Merangsang Konflik (Suggestions for Stimulating Conflicts)
Sikap manajer puncak adalah penting
sekali untuk merangsang dan mengendalikan konflik. Dengan terang-terangan
mengatakan, bahwa konflik di inginkan akan memberikan dorongan kepada para
anggota organisasi untuk berbeda pendapat daripada berdiam diri saja. Dengan
terang-terangan menetapkan syarat konflik akan membantu mengendalikan
konflik pada tingkat fungsional.
Cara-cara untuk
merangsang konflik ialah :
- Minta bantuan orang luar.
- Menyimpang dari peraturan (going against the book)
- Menata kembali struktur organisasi
- Menggalakkan kompetisi.
- Memilih manajer yang cocok (selecting appropriate managers).
Metode
mengurang konflik (conflict reduction methods).
Biasanya para manajer lebih menyukai
untuk mengurangi konflik daripada menggalakkannya. Metode mengurang konflik
memperkecil permusuhan (antagonisme) yang ditimbulkan oleh konflik. Jadi metode
ini mengelola tingkat konflik dengan “mendinginkan segala sesuatunya”, akan
tetapi tidak berurusan dengan masalah yang pada awalnya menimbulkan konflik
itu.
Metode
penyelesaian konflik (conflict resoluting methods)
Metode penyelesaian konflik akan
dipusatkan pada tindakan para manajer untuk secara langsung berhubungan dengan
pihak-pihak yang sedang berkonflik. Metode lain yang mungkin dapat dipakai
untuk menyelesaikan konflik ialah mengadakan perubahan dalam sturktur
organisasi seperti individu dan panitia penghubung – dapat pula dipergunakan
untuk menyelesaikan konflik.
Dominasi dan
Penguasaian (Dominance and Suppression).
Metode dominasi dan penguasaian
biasanya mempunyai persamaan dalam dua hal : (1) Metode ini meredakan konflik
dan bukan menyelesaikannya dengan memaksanya untuk tinggal di bawah tanah; dan
(2) menciptakan situasi menang-kalah, dalam mana pihak yang kalah, yang dipaksa
tunduk pada wewenang yang lebih tinggi atau kekuasaan yang lebih besar,
biasanya diliputi perasaan kecewa dan mengambil sikap bermusuhan.
Penguasaian dan
dominasi dapat terjadi melalui cara-cara sebagi berikut :
Paksaan (forcing).
Perlunakan (smoothing)
Penghindaran (avoidance)
Penentuan melalui suara terbanyak
(majority rule)
Kompromi
(Compromise). Melalui kompromi manajer berusaha memecahkan konflik dengan
mencari jalan tengah antara dua atau lebih banyak pihak-pihak yang saling
berselisih. Intisari sebuah kompromi yang tercapai, ialah bahwa tiap-tiap pihak
memperoleh sebagian dari tuntutannya dan melepaskan bagian yang lain.
Bentuk-bentuk
kompromi terdiri dari pemisahan (separation), arbitrase, penyelesaian melalui
undian (settling by change), berpedoman kepada peraturan (resort to rules) dan
penyuapan (bribing).
Pemecahan
Masalah Secara Menyeluruh (Integrative Problem Solving).
Dengan metode ini konflik antar
kelompok diubah menjadi situasi di mana kelompok-kelompok yang sedang
berselisih bersama-sama berusaha mencari
penyelesaian bagi masalah yang timbul antara mereka. Hal ini dapat dilaksanakan
melalui teknik pemecahan masalah. Daripada menumpas konflik atau berusaha
mencapai kompromi, pihak-pihak yang bersengketa secara terbuka merusaha mencari
penyelesaian yang dapat diterima bersama.
Konflik antara
para anggota line ( lini ) dan staf ( line and staff conflict ).
1.Staf melampaui
wewenangnya
2.Staf tidak
memberi advice yang sehat.
3. Staf mencuri
penghargaan yang diperuntukkan anggota lini.
4. Staf
mempunyai perspektif yang sempit
B.Mengelola
kreativitas organisasi
Kreativitas
telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan organisasi, jika konflik
fungsional dikelola dengan baik, organisasi akan dimungkinkan untuk menemukan cara
yang baru dan lebih baik dan juga lebih kreatif untuk menyelesaikan pekerjaan
organisasi Pada abad sekarang ini yang penuh dengan persaingan sengit,
langkanya sumber daya dan tingginya biaya tenaga kerja dan peralatan, apapun
yang dapat memberi dorongan kearah operasi yang lebih efisien dan efektif akan
memperbesar kemungkinan bagi perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan mencapai sukses. Kreativitas memungkingkan pula kepada organisasi
untuk mengantisipasi terjadinya perubahan. Hal ini menjadi sangat penting
karena teknologi, produk dan metode pengoperasian yang baru membuat metode yang
lama ketinggalan jaman.
Kreativitas
individu
Individu berbeda
dalam gaya
kreatifnya. Orang orang yang tinggi daya kreatifnya cenderung untuk lebih
orisinil daripada yang kurang kreatif. Orang orang kreatif juga cenderung untuk
bersikap lebih luwes daripada orang yang tidak kreatif – mereka dapat dan mau
menggunakan cara pendekatan secara silih berganti, jika sedang menggarap
masalah. Mereka
lebih menyukai cara-cara yang rumit daripada yang sederhana dan cenderung untuk
bergaya lebih bebas daripada orang-orang yang kurang kreatif, mereka
mempertahankan dengan gigih gagasan mereka jika menghadapi tantangan.
Menstimulasi
kreativitas
Metode-metode
stimulasi kreativitas yang dibahas disini – menciptakan sebanyak mungkin ide
dalam waktu yang singkat ( brainstorming ), proses kelompok nominal, sinektik
dan pengambilan keputusan yang kreatif – dirancang untuk dipergunakan dalam
kelompok. Akan tetapi prinsip yang menggaris bawahi metode – metode itu dapat
juga membantu individu untuk kreativitasnya.
Kreativitas
dan inovasi organisasi
Seperti halnya
dengan diri individu yang berbeda dalam kemampuannya untuk menyalurkan bakat
para anggotanya ke dalam produk, proses atau jasa yang baru. Untuk memungkinkan
organisasi memanfaatkan kreativitas yang seefektif-efektifnya, manajer perlu
memahami proses pembaharuan didalam organisasi dan mengambil langkah-langkah
untuk mendorong proses ini. Proses
kreatif didalam organisasi melibatkan tiga langkah.
Menetapkan
iklim untuk kreativitas organisasi
Seperti yang
telah kita lihat, kreativitas tumbuh subur dalam iklim yang permisif, karena
memberikan dorongan untuk menjajaki gagasan dan cara baru guna mengerjakan
sesuatu. Iklim semacam ini sukar diterima oleh para manager. Mungkin karena
mereka kurang cocok dengan proses perubahan yang berlangsung terus, proses mana
merupakan teman akrab yang diperlukan oleh kreativitas. Para
manager mungkin juga mnecemaskan bahwa iklim yang permisif itu akan merusak
disiplin atau pengendalian biaya.
Bagaimana
langkah-langkah para manager dapat mempertanggungjawabkan perasaan dan
kecemasan?
Kembangkan kesediaan untuk
menerima perubahan
Menggalakkan gagasan baru
Izinkan lebih banyak interaksi
Mentoleransi kesalahan
Tetapkan sasaran yang jelas dan
kebebasan untuk mencapainya
Berikan penghargaan.
No comments:
Post a Comment