MATERI PELATIHAN

MATERI PELATIHAN

Thursday, 21 June 2012

KISAH KISAH UNTUK PELATIHAN ADVOKASI, LOBBY DAN NEGOSIASI


1.    Kisah Musafir

Seorang musafir muda tersesat di padang pasir, berhari-hari tidak makan dan minum. Sedemikian kehausan sehingga berjalan terseok-seok. Sepatu dan pakaiannya sudah rusak, rambutnya kusut masai dan berantakan tertiup angin. Hampir putus asa, akhirnya bertemu dengan musafir perempuan yang naik kuda dan membawa dua kantung besar air.
Dimintanya air barang beberapa teguk pada perempuan itu, namun perempuan itu tak mau memberikan, malah ujarnya “Aku sendiri perlu air ini untuk perjalanan jauhku, jika kau mau kuberikan kamu topi,” seraya mengambil topi lain yang ada di tasnya. Musafir muda ini menolak pemberian topi, dan bersikeras meminta air. Demikian pula perempuan ini tidak bersedia memberi air dan hanya mau memberi topi. Akhirnya musafir muda ini marah dan pergi.
Dua ratus meter kemudian ia berjalan terseok-seok, akhirnya bertemu dengan musafir laki-laki tua yang naik keledai dengan membawa dua kantung besar air juga. Dimintanya air barang beberapa teguk pada laki-laki tua itu, namun laki-laki tua itu tak mau memberikan, seraya berujar,
“Aku sendiri juga perlu air ini untuk perjalanan yang masih jauh, jika kau mau kuberikan kamu sepatu,” katanya sambil mengambil sepatu lain yang ada di tasnya. Musafir muda ini menolak pemberian sepatu itu, dan bersikeras meminta air. Namun laki-laki tua ini tidak bersedia memberi air dan hanya mau memberi sepatu. Akhirnya musafir muda ini tambah marah dan pergi.
Selang lima ratus meter dari situ, ia tiba di sebuah oasis besar yang airnya sangat jernih dan teduh. Dengan bergegas ia menuju tepi air untuk mengambil minum. Namun tiba-tiba telah berdiri di depannya dua orang tentara kerajaan yang menjaga oasis itu, sambil berkata “Dilarang keras mengambil air ini, kecuali kamu memakai topi dan sepatu!”.

Apa moral cerita di atas ?
1.    Kadang kita menolak suatu pemberian/ilmu, padahal kita belum tahu di kelak kemudian hari ternyata kita butuhkan.
2.    Dalam pelatihan ini ilmu tidak hanya dari fasilitator, namun juga bisa diperoleh dari narasumber, dari sesama peserta dan dari pengalaman yang dilakukan bersama.

2. Kisah Riset Handphone
Tujuan
Dengan cara yang lucu/menyenangkan mengingatkan peserta menyadari bahwa bunyi handphone sangat mengganggu acara yang tengah berlangsung

Isi Cerita
Beberapa bulan yang lalu saya membaca di sebuah majalah ternama mengenai suatu riset tentang “Sebab-sebab orang tidak mematikan handphone di dalam kelas pelatihan”.
Menurut penelitian yang dilakukan pada ribuan orang di berbagai daerah itu, hasilnya ada tiga sebab.
Orang tidak mematikan handphone di ruang pelatihan karena:
1. Handphone-nya kuno, sehingga belum ada fasilitas getar/silent.
2. Handphone-nya baru beli pertama kali/model terbaru, sehingga ia ingin sekali orang lain mengetahui bahwa ia punya handphone baru.
3. Istri/suami/pacarnya galak sekali, ia akan dicurigai selingkuh jika handphone-nya mati.
Tutup cerita di atas dengan cara berbicara sambil tertawa kecil , “Tentunya hal semacam ini tidak akan terjadi di ruang ini, karena norak sekali.....”

3. Kisah Menantu dan Mertua

Seorang lelaki yang baru menikah tinggal menumpang di rumah mertuanya. Beberapa saat tinggal bersamanya, akhirnya ia demikian kesal dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat brengsek, cerewet, bawel, bossy, dan angkuh sekali.
Setelah dua tahun, baginya cukup sudah penderitaan itu. Ia memutuskan untuk mengakhiri dengan berencana membunuh ibu mertuanya. Setelah memutar otak, ia pergi mendatangi dukun yang paling sakti di daerahnya.
Usai bercerita dengan penuh kegeraman, sang dukun tersenyum dan mengangguk-angguk. Diberinya sebotol cairan yang menurut petunjuk dukun adalah racun yang sangat mematikan. Syaratnya harus diberikan sedikit demi sedikit selama 2 bulan, dan dalam memberikan ia diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta selalu tersenyum. Hal ini untuk membuat si mertua supaya tidak mencurigainya.
Dengan penuh kesabaran, hari demi hari ia mulai meracuni si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang lebih santun serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya. Perlahan namun pasti ia mulai melihat perubahan pada mertuanya.
Ada satu hal yang membuatnya bingung, setelah satu bulan ia meracuni mertuanya, kelakuan mertua ini justru berubah menjadi demikian baik padanya. Sikapnya berubah 180 derajat dari sebelumnya, ia mulai menyapa lebih dahulu setiap kali ketemu. Pikirnya, ini pasti akibat awal dari racun itu, yakni adanya perubahan sikap sebelum akhirnya meninggal.
Mendekati hari ke-40 sikap mertua semakin baik dan hubungan dengannya semakin manis, ia mulai membuatkan minum teh di pagi hari, menyediakan pisang goreng dan seterusnya. Sebuah perilaku mertua yang dulu tidak pernah ia bayangkan akan terjadi. Puncaknya pada hari ke-50 mertua memasakkan makanan yang paling ia sukai, bahkan di pagi harinya ia terkejut saat mendapati bajunya sudah dicuci bahkan diseterika oleh si mertua.
Tak ayal lagi, hati kecilnya mulai memberontak. Muncullah rasa bersalah yang makin hari makin menguat. Pada hari ke-55, sudah tak terbendung lagi penyesalan itu, karena melihat perubahan si Ibu mertua yang menjadi sedemikian sayang padanya. Akhirnya pergilah ia ke dukun itu lagi, dengan terbata-bata penuh penyesalan dan rasa berdosa ia memohon-mohon untuk dibuatkan penangkal racun yang pernah diberikan sang dukun padanya.
Dengan senyum bijaksana bak malaikat, dukun itu berkata “Cairan yang kuberikan padamu dulu itu bukanlah racun, namun air biasa yang kuberi warna saja. Sikap mertuamu yang berubah menjadi sayang padamu, disebabkan karena SIKAP DIRIMU YANG TERLEBIH DAHULU BERUBAH MENJADI LEBIH RAMAH, LEBIH SANTUN DAN SELALU SENYUM PADANYA”.

Apa moral cerita di atas?

1.      Sikap buruk/penolakan orang lain, hanyalah sebagai akibat/reaksi atas sikap buruk kita padanya.
2.      Kalau mau mengubah orang lain, kitalah yang berubah dahulu
(I go first)

4. Kisah “Riset pasar Ikan Lou Han”

Pada awal tahun 2000-an, bangsa Malaysia berhasil mengawinsilangkan berbagai species ikan tertentu, sehingga menghasilkan sejenis ikan baru yang disebut sebagai ikan Lou Han. Ikan cantik ini punya ciri-ciri kepala menonjol ke depan (jenong) dan badan berwarna-warni metalik serta ada bercak hitam di sisi badannya seolah kaligrafi huruf Cina atau Arab.
Seorang pengusaha besar ikan ingin meluaskan pasar ke Indonesia, dan untuk itu ia ingin melakukan riset pasar. Dikirimkanlah satu orang periset untuk melihat, sejauh mana masyarakat Indonesia menggemari ikan hias. Setelah beberapa minggu berkeliling Indonesia, ia pulang dengan kesimpulan: “Kurang dari 1% penduduk Indonesia yang sudah punya akuarium, sehingga sulit dan tidak ada gunanya untuk penetrasi ikan hias Lou Han di Indonesia.”
Pengusaha ini tidak puas, dan menyuruh periset berikutnya untuk riset pasar di Indonesia. Setelah tiga bulan, barulah ia kembali dengan suatu kesimpulan yang menarik: “Kurang dari 1% penduduk Indonesia yang sudah punya akuarium, berarti kita punya peluang besar untuk penetrasi pasar dengan dimulai dari edukasi pasar terlebih dahulu”.
Pertanyaan:
1.      Apa perbedaan antara periset yang pertama dan kedua?
2.      Apa hubungannya dengan setengah kosong setengah isi?
3.      Mana yang lebih baik “Bisa tapi sulit!”, atau “Sulit tapi bisa!”

5. Advokasi mirip dengan konser musik

Advokasi dapat dianalogikan dengan pelaksanaan konser musik di stadion. Hasil akhirnya adalah kelompok musik beraksi di atas panggung dalam stadion yang dipenuhi penonton dan pertunjukan berlangsung aman hingga akhir.
Terjadinya hasil akhir di atas mencakup banyak kegiatan yang dilakukan banyak pihak. Pertama, tentu saja harus ada kelompok musik yang akan tampil. Berikutnya, kelompok ini dihubungi oleh penyelenggara untuk menyepakati jadwal dan kontrak pementasan. Begitu kontrak disepakati, penyelenggara perlu menyiapkan stadion dan panggung tempat pementasan.
Pementasan ini memerlukan banyak peralatan dan biaya sehingga untuk itu diperlukan pemasukan dari penonton. Makin banyak penonton, makin banyak pemasukan. Namun di lain pihak, makin besar kemungkinan terjadinya kerusuhan sehingga diperlukan pengamanan ekstra. Beberapa kegiatan dilakukan berurutan, seperti penjualan tiket dilakukan sesudah kontrak ditandatangani. Beberapa kegiatan dilakukan bersamaan seperti pengamanan oleh petugas bersamaan dengan kelompok musik mengalunkan lagu.
Pelaksanaan advokasi juga mencakup banyak kegiatan, baik berurutan mapun serempak. Satu tujuan yang dapat diraih dengan melakukan beberapa hal secara serentak dan saling mendukung.

 6. Anekdot Workshop 3 Sesi

Syahdan, di suatu negara akan diadakan seminar/workshop setengah hari yang terdiri dari 3 sesi. Pembicara semuanya pakar yang terkenal dan jadwal mereka sangat sibuk. Untuk mendapatkan jadwal mereka saja perlu mem-booking beberapa bulan sebelumnya.
Ketika tiba harinya, semua peserta yang sudah datang tak sabar menunggu kehebatan para narasumber yang sudah tersohor itu. Semuanya tenang dan diam menunggu untuk mendapatkan kejutan dan presentasi yang dahsyat.
Akhirnya setelah dibuka masuklah Narasumber I yakni Profesor A. Setelah diperkenalkan beliau berdiri dan dengan suara menggelegar bertanya pada semua pesertas: “Hadirin semua, apakah Anda semua sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi ini?!!!”
Hadirin saling berpandang-pandangan, serempak menjawab dengan keras “Beluuuuuum!”. Setelah ruangan senyap kembali, Profesor A itu berteriak dengan kesal “Jika Anda semua tidak tahu apa yang akan kita bahas di sesi ini, untuk apa Anda hadir di sini? Saya nyatakan sesi ini sudah selesai !!!!” Bergegas profesor yang teramat sibuk itu pergi keluar ruangan sambil bersungut-sungut.
Peserta terkejut bukan kepalang, mereka saling berpandangan dengan tatapan saling menyalahkan. Ributlah kelas seketika seperti pasar pecah selama dua jam tersebut.
Setelah dua jam, masuklah Profesor B. Ia tidak terlihat galak seperti profesor yang sebelumnya, justru ia kelihatan ramah sekali. Setelah diperkenalkan beliau berdiri dan dengan suara lembut bertanya pada semua pesertas: “Hadirin semua, apakah Anda semua sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi ini?!!!”
Hadirin kembali saling berpandang-pandangan, karena takut salah seperti sesi pertama, maka sontak mereka menjawab dengan penuh keyakinan “Sudaaaaaah!”. Setelah ruangan senyap kembali, Profesor B itu tersenyum dengan sangat ramah dan berkata lembut, “Jika Anda semua sudah tahu apa yang akan kita bahas di sesi ini, untuk apa lagi saya hadir disini? Saya nyatakan sesi ini sudah selesai...” Perlahan profesor yang menyenangkan itu pergi keluar ruangan sambil tersenyum-senyum.
Peserta makin terkejut habis-habisan. Mereka saling berpandangan dengan tatapan yang terlebih saling menyalahkan. Makin gaduhlah kelas seketika seperti pasar pecah yang sedang digusur tramtib selama dua jam.
Akhirnya ruangan kembali senyap, saat tanda-tanda profesor ketiga mau datang. Kemudian masuklah Profesor C. Kali ini nampaknya seseorang yang kocak berdiri di depan tidak seperti kedua profesor sebelumnya. Setelah diperkenalkan beliau berdiri dan dengan suara menyenangkan bertanya pada semua peserta: “Hadirin semua, apakah Anda semua sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi ini?!!!”
Kali ini hadirin betul-betul pusing. Mereka kembali saling berpandangan dan berbisik-bisik hingga agak gaduh. Berangkat dari kesalahan di kedua sesi sebelumnya, mereka betul-betul tak tahu harus menjawab apa.
Akhirnya dengan suara konyol namun tegas kembali profesor ini bertanya pada peserta: “Hadirin semua, apakah Anda semua sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi ini? Tolong segera dijawab nih!!”
Karena tidak kompak, beberapa dari mereka berteriak “Beluuum” dan sebagian lain menjawab “Sudaaaaaah!”. Setelah ruangan senyap kembali, Profesor C itu tersenyum lucu dan berkata penuh nada konyol. “Jika sebagian dari Anda sudah tahu apa yang akan kita bahas di sesi ini, sedangkan sebagiannya belum, maka silahkan yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu. Jadi untuk apa lagi saya hadir disini? Saya nyatakan sesi ini sudah selesai...” Sambil berkata demikian ia ngeloyor ke luar ruangan....


7. Kisah Rahasia Sukes Restoran Kelas Dunia

Dalam sebuah seminar bisnis yang sangat mahal, pembicaranya adalah seorang pengusaha pemilik restoran siap saji paling besar sedunia. Ia berjanji akan menguraikan tiga rahasia suksesnya kenapa bisa menguasai pasar restoran siap saji.
Seminar ini sangat mengundang perhatian pengunjung, ribuan orang hadir ingin tahu apa tiga rahasia sukses yang dijanjikan akan dibuka seara blak-blakan oleh pengusaha ini.
Sesaat kemudian acara dimulai, dan mulailah pengusaha ini buka kartu suksesnya. Ia mengatakan, “Selama puluhan tahun menjalankan usaha restoran, tiga hal inilah yang merupakan intisari rahasia kesuksesan saya”. Seraya mengatakan demikian ia menghidupkan powerpoint-nya. Tertulis besar di layar :
1. Lokasi Strategis
2. Lokasi Strategis
3. Kombinasi kedua hal di atas.
Kemudian ia segera memimpin tanya jawab khusus membahas ketiga hal itu. Semua pertanyaan di luar ketiga hal itu tidak akan dilayani karena baginya hal itu tidak relevan. Menurutnya, hanya itulah kunci sukses untuk usaha restoran. Bukan menu, bukan layanan, bukan pula resep.

8. Kisah Abunawas dan Kudanya

Suatu hari Abunawas sedang naik kuda kesayangannya di gurun pasir pulang kerja sebagai petani wortel. Tiba-tiba ia ditantang seorang pemuda temannya bekerja untuk berlomba balap lari antara dia dengan kudanya melawan pemuda dengan keledai kecilnya. Lomba itu mempertaruhkan sekantung uang yang masing-masing dibawa mereka hasil kerja seminggu.
Tentu saja Abunawas menganggap enteng pemuda dan keledai kecilnya itu. Pikirnya kaki keledai itu kecil, dinaiki pemuda itu pastilah sangat pelan larinya.
Saat mulai, mula-mula kuda Abunawas menang, namun tak berapa lama keledai itu menyusul dengan cepat dan makin cepat. Saat keledai itu menyalip selintas ia melihat bahwa pemuda itu mengiming-imingi keledai itu dengan wortel di depan kepalanya sehingga keledai itu terus berlari kencang mengejar wortel yang selalu tetap di depannya. Jadi semakin dikejar, semakin wortel itu tetap di depan hidung keledai itu.
Akhirnya sambil tersenyum iapun mengeluarkan wortel dari tasnya dan menaruh di depan kepala kudanya. Namun apa lacur, kuda itu tidak tertarik sama sekali dengan wortel itu. Sambil frustasi ia ingat bahwa keledai memang doyan wortel sedangkan kuda tidak.
Dengan kesal dipukulkannya wortel itu di pantat kuda itu, betapa kagetnya Abunawas, setiap kali dipukul, kuda itu berlari lebih kencang. Barulah ia ingat bahwa kuda akan berlari kencang untuk menghidari rasa sakit jika ia dipukul atau dicambuk. Akhirnya ia pukul berkali-kali namun sayang keledai itu sudah teramat jauh.
Abunawas terus memutar otak, mencari cara menyakiti kuda itu agar bersedia lari lebih kencang. Muncullah pikiran jahatnya, turunlah ia dari kuda dan dikeluarkanlah balsem ekstra panas dari tas kulitnya. Segera digosoknya kemaluan kuda itu dengan balsem ekstra panas itu. Sontak kuda itu berlari cepat sekali dengan kecepatan luar biasa menyusul keledai itu.
Sayang sekali Abunawas belum sempat naik kudanya, sia-sia ia tunggang langgang berlari mengejar kudanya yang kabur bak kesetanan itu. Diputarnya sekali lagi akalnya, sambil tersenyum, kali ini digosoklah kemaluannya sendiri dengan balsem ekstra panas itu. Keruan saja bukannya berlari kencang, malah Abunawas menjadi pingsan karena kesakitan.
Moral cerita
·        Ada mahluk hidup yang semangat berlari demi mengejar suatu  iming-iming.
·        Ada mahluk hidup yang semangat berlari jika ia menghindari rasa sakit •  yang dideritanya.
·        Demikian juga watak  manusia.

9. Kisah Sungai Berbuaya

Nona dan Jaka adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Mereka tinggal di suatu daerah yang dipisahkan oleh sebuah sungai yang penuh dengan buaya ganas. Meskipun tempat tinggal mereka dipisahkan oleh sungai itu, namun mereka dapat saling berkunjung menyeberangi sungai melalui jembatan kecil.
Pada suatu hari terjadi badai besar yang meruntuhkan dan menghanyutkan jembatan tersebut. Pasangan kekasih itu sangat menderita oleh karenanya. Lenyaplah satu-satunya cara untuk bertemu. Nona berdiri di tepi sungai setiap hari, menantikan terjadinya mu’jizat, hingga sebulan lamanya. Perasaannya sungguh gundah, mengapa kekasihnya –yang notabene adalah seorang laki-laki- kok sepertinya acuh dan tidak melakukan suatu upaya apapun. Pikirannya semakin kalut, memikirkan jangan-jangan kekasihnya telah mati ditelan gelombang badai itu.
Pada suatu hari, lewatlah Si Mata Satu seorang pelaut, berlayar di sepanjang sungai itu mendekati tempat tinggal Nona. Gadis itu berteriak-teriak memanggilnya dan meminta tolong mengantarkannya ke seberang sungai untuk menjumpai Jaka.
Si Mata Satu merasa gembira atas permintaan itu dan berkata: “Tentu saja! Saya akan dengan senang hati membawamu ke seberang, tetapi ada syaratnya, kau harus tidur denganku dulu”. Nona terkejut alang kepalang dan berlari menangis mendengar syarat yang diajukan Si Mata Satu. Dia belum pernah berhubungan sex dengan siapa pun. Dia memutuskan untuk meminta nasihat seorang sahabat paling dekatnya sejak kecil yang bernama Pak Ogah. Ternyata Pak Ogah bersikap acuh tak acuh dan dingin terhadap persoalan itu. Dia hanya berpangku tangan dan berkata kepada Nona: “Itu urusanmu, saya tidak ingin terlibat.”
Jawaban Pak Ogah yang begitu dingin membuat Nona berpikir berkali-kali mengenai masalah yang dihadapinya itu. Akhirnya dengan berat hati, Nona memutuskan untuk memenuhi tuntutan Si Mata Satu.
Ketika akhirnya Nona bertemu dengan Jaka pada esok harinya, lega sekaligus bingung perasaannya karena ternyata pacarnya sehat tanpa masalah apa pun. Akhirnya diceritakannya kepada Jaka semua yang telah terjadi dan bagaimana sulitnya dia berjuang untuk membuat keputusan ini.
Jaka sangat marah atas apa yang telah dilakukan oleh Nona dan dia menampar dan mengusir gadis itu supaya tidak kembali lagi. Gadis yang malang itu berlutut dan merangkul Jaka sambit menangis, memohon supaya Jaka tidak meninggalkannya, tetapi Jaka tidak menghiraukannya.
Dengan berlinang air mata, Nona pergi kepada teman lainnya yang bernama Jabrik, seorang jagoan. Setelah diceritakan kisahnya dari awal sampai akhir, Jabrik memutuskan untuk menemui Jaka. Dia menghajar Jaka habis-habisan sampai babak belur berdarah-darah. Pikirnya, bagaimanapun juga, mengapa seseorang seperti Jaka sampai hati memperlakukan gadis sedemikian itu?
Diskusi Kelompok:
·        Dari kelima orang ini, buatlah urutan (ranking) berdasarkan siapakah yang paling bersalah?
·        Jelaskan mengapa urutan demikian ?

10. Kisah Koran Rusia

Saking buruknya sistem pemerintahan di zaman presiden Rusia masa perang dingin, maka sebuah koran menulis judul berita utama “50 persen pejabat Pemerintah Rusia ternyata adalah koruptor”.
Kontan saja redaktur koran dipanggil Polisi Rahasia dan diinterogasi, diakhiri dengan sebuah perintah untuk merevisi berita tersebut pada hari berikutnya.
Redaktur terpaksa setuju. Semalaman ia berpikir keras untuk me-recall berita sebelumnya tanpa kehilangan pangsa pasar yang sebenarnya menyukai berita-berita korannya yang terkenal berani.
Akhirnya ia mendapatkan ide. Demikianlah judul berita utama koran esok harinya yang muncul “50 persen pejabat Pemerintah Rusia ternyata BUKAN koruptor.”

Moral Cerita:

Media massa adalah alat pembujuk yang ampuh dan memiliki konstituen sendiri. Sangat penting bagi advokator untuk menggandeng media massa dalam beradvokasi.
Bukan saja agar mereka tidak melakukan pemberitaan buruk mengenai isu yang kita angkat, namun secara lebih jauh justru mengajak mereka menjadi bagian dari gerakan advokasi.

11. Kisah Orang Mati di Mobil Es Rusak

Pada suatu malam, segerombol pemuda bandel pulang dari pesta. Salah satu dari mereka adalah pemuda yang penakut sekalipun umurnya lebih tua dibanding yang lain. Saat mereka melalui lokasi parkir mobil boks berpendingin (freezer) untuk membekukan ice cream, mereka iseng membukanya untuk mencuri isinya. Namun ternyata semua mobil itu kosong.
Akhirnya keisengan mereka disalurkan untuk menakuti rekannya yang penakut itu, didorongnya ia ke dalam salah satu mobil boks berpendingin itu dan dikunci di dalamnya. Mereka tahu bahwa pendingin itu rusak dan ada angin yang mengalir di salah satu lobang di atas mobil itu. Rencananya mereka akan membuka keesokan paginya sambil diolok-olok. Sambil pergi mereka berteriak keras-keras “Kamu akan mati kedinginan di dalam mobil boks freezer ini!”
Ironisnya, pemuda yang ditinggal ini tidak tahu bahwa mesin pendingin (freezer) di mobil itu sudah rusak. Bahkan saking takutnya ia mengira aliran angin malam yang masuk melalui lubang diatas sebagai semburan hawa dingin dari freezer itu. Setelah berteriak-teriak tanpa hasil selama berjam-jam akhirnya ia mulai merasa kedinginan dan mulai membeku. Diambilnya kertas dan bolpen di sakunya dan ditulisnya pesan untuk teman-temannya itu.
Saat pagi, ketika kawan-kawan ini membuka mobil boks itu, alangkah terkejutnya mereka karena rekannya itu sudah mati beku dalam mobil boks. Ditangannya ada bolpen dan kertas bertuliskan:
“Kalian semua brengsek, sungguh aku tak tahu apa mau kalian dengan mengunciku di sini? Mungkin kalian memang ingin membunuhku, kudoakan kalian akan terbalas dengan cara yang lebih curuk. Oh, malam ini tubuhku terus mendingin dan membeku perlahan-lahan karena berada di dalam freezer ini. Sungguh semburan hawa dingin dari atas luar biasa dinginnya. Selamat tinggal.”
Saat diotopsi, dokter di rumah sakit yakin bahwa tubuh pemuda ini meninggal karena membeku. Yang mengherankan adalah mobil boks itu sistem pendinginnya sudah rusak dan tidak berfungsi sama sekali.

Moral Cerita:

·       Sugesti memiliki kekuatan yang luar biasa, apalagi sugesti diri yang diyakini secara kuat.
·       Jika bersedia mempelajarinya, kata-kata kita memiliki kekuatan sugesti pada orang lain dan pada kita sendiri.
·       Kekuatan sugesti ini akan menjadi positif atau negatif tergantung dari orang yang menggunakannya.

12. Kisah Riset Belalang

Ada seorang peneliti muda yang masih junior tapi amat bersemangat tengah mencoba meneliti seekor belalang. Ia ingin melihat reaksi belalang terhadap suatu teriakan perintah untuk meloncat.
1.     Tahap satu:
a.   Belalang ditaruh di meja, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b.   Ternyata belalang meloncat sejauh 2 meter.
2.     Tahap dua:
a.   Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1  kaki depan, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b.   Ternyata belalang meloncat sejauh 1,5 meter.
3.     Tahap tiga:
a.   Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1   kaki depannya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b.   Ternyata belalang meloncat sejauh 1 meter.
4.     Tahap empat:
a.   Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki  tengah lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b.   Ternyata belalang meloncat sejauh 45 centimeter.
5.     Tahap lima:
a.   Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki tengah sebelahnya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b.   Ternyata belalang meloncat sejauh 30 centimeter.
6.     Tahap enam:
a.   Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1  kaki belakangnya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b.   Ternyata belalang meloncat sejauh 10 centimeter.
7.     Tahap tujuh:
a.   Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki belakangnya satunya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”
b.   Ternyata belalang itu diam tidak meloncat.
Kesimpulan:
Belalang menjadi tuli saat semua kakinya dipotong!

Moral Cerita:
Kita harus pandai-pandai dalam membaca bahasa tubuh disebabkan oleh apa.

13. Kisah Pertandingan Tim 3 Kuda

Pada zaman dahulu kala tengah terjadi pertikaian antara dua suku di daerah terpencil. Karena sudah terlalu banyak korban jatuh, akhirnya mereka bersepakat untuk damai. Namun agar ego tetap terpuaskan, Suku Egogo meminta dilakukan pertandingan pacu kuda antara sukunya dengan Suku Hatiti untuk menentukan suku mana yang lebih unggul.
Suku Egogo meminta pertandingan ini berupa pacuan 3 kuda yang dilakukan berturut-turut. Secara kebetulan kedua suku itu masing-masing tinggal memiliki 3 kuda, karena kuda lainnya sudah mati saat perang.
Dalam perhitungan Suku Egogo merasa pasti akan menang, karena ia memiliki 3 kuda dengan spesifikasi:
o Kuda A: Kecepatan 100 km/jam
o Kuda B: Kecepatan 90 km/jam
o Kuda C: Kecepatan 80 km/jam
Sedangkan dari kegiatan intelijennya, ia tahu bahwa Suku Hatiti, memiliki kuda dengan spesifikasi kemampuan sebagai berikut:
o Kuda 1: Kecepatan 95 km/jam
o Kuda 2: Kecepatan 85 km/jam
o Kuda 3: Kecepatan 75 km/jam
Dengan demikian ia pasti akan memenangkan pertandingan, karena jika masing-masing kuda dipasangkan, maka setiap kudanya lebih cepat 5 km/jam dibandingkan kuda Suku Hatiti.
Pada saat hari H pertandingan, apa lacur ternyata Suku Egogo kalah total, hanya satu kudanya yang menang mutlak, sedangkan 2 kudanya yang lain kalah jauh ditinggalkan oleh kuda Suku Hatiti. Sampai saat meninggal, ketua Suku Egogo bingung memikirkan kekalahannya itu, karena ia yakin informasi intelijennya sangat akurat dan tidak mungkin salah.
Yang tidak diketahui oleh ketua Suku Egogo adalah, ketua Suku Hatiti sudah mengerti dan mencium kelicikannya. Maka ia berpikir keras dan mengatur STRATEGI masak-masak sebalum pertandingan dimulai. Akhirnya setelah berdiskusi panjang dengan para Tetua Suku dan Orang Pintar ia mendapatkan solusi STRATEGI sebagai berikut:
Urutan Pacuan        Suku Egogo           Suku Hatiti              Hasil
1                      Kuda A (100km/jam)                        Kuda 3 (75km/jam)   Suku Egogo menang
2                      Kuda B (90km/jam)                          Kuda 1 (95km/jam)   Suku Hatiti menang
3                      Kuda C (80km/jam)                          Kuda 2 (85km/jam)   Suku Hatiti menang

Moral cerita
Siapa yang lebih bagus strateginya, ia yang akan menang.•

14. Kisah Pekerjaan Menjadi Gorila

Pada masa krismon, seorang pemuda sudah enam bulan kehilangan pekerjaan dan belum diterima bekerja di manapun. Setelah genap setahun akhirnya ia hampir putus asa, sampai akhirnya ada panggilan lowongan untuknya dari sebuah manajemen perusahaan daerah Kebun Binatang.
Setelah diinterview, ia ragu karena lowongannya adalah menjadi Gorila palsu untuk menggantikan si Gori yang sadah mati minggu lalu. Gorila palsu ini dirasakan perlu ada karena ia menjadi salah satu daya tarik kuat bagi pengunjung untuk datang selama ini.
Akhirnya diterimalah lowongan itu sekalipun dengan berat hati, dari pada menganggur dan keluarga nggak bisa makan, pikirnya. Ia kemudian ditraining gerakan menjadi Gorila selama satu bulan, meloncat, bergelantungan, garuk-garuk dan sebagainya.
Saat pertama kerja agak kagok, namun hari demi hari akhirnya terbiasa menjalankan pekerjaan aneh ini. Setelah tiga bulan, akhirnya ia menjadi sok dan bertingkah loncat sana sini dengan pongahnya bak Gorila jagoan. Tanpa disadari ia sudah dekat dengan kandang Singa dan ia terpeleset kulit pisang sehingga jatuh ke kandang Singa itu.
Penonton beramai-ramai menonton saat “Gorila” itu berlarian dikejar Singa kesana kemari untuk menghindari terkaman. Ia benar-benar ketakutan berharap ada penjaga yang segera menyelamatkannya. Namun penjaga itu tak kunjung datang, sampai akhirnya ia terpojok di sudut dan tak bisa lari lagi.
Tanpa pikir panjang, demi keselamatan nyawanya akhirnya ia memutuskan berteriak minta tolong. Tengah ia berteriak “Tooooool....”, tiba-tiba dari kepala Singa itu nampak tersembul kepala manusia dan berbisik “Gila kamu jangan berteriak, nanti kita berdua dipecat dari kerjaan sialan ini!!!!”

Moral Cerita:
1.    Terkadang kita takut sama orang lain (pejabat, anggota dewan, dan sebagainya) yang kita anggap berkuasa dan punya power (seperti Singa), padahal sebenarnya di balik itu semua sebenarnya mereka juga cuman karyawan yang bekerja mencari uang dalam profesinya itu.
2.    Sama saja dengan kita!
3.    Jadi ngapain takut!

15. Kisah menyeberangi papan di antara dua gedung

Seorang petani memiliki keledai kesayangan bernama Willie, yang sekalipun buta namun sangat diandalkannya selama bertahun-tahun. Pada suatu hari saat hendak pergi ke lain kota dan melintasi hutan kecil, ia bertemu dengan seorang yang mobilnya terperosok ke got.
Susah payah orang itu mendorong mobil itu namun tetap saja tidak bergerak. Akhirnya petani itu menghampiri dan berusaha menolongnya dengan cara mengikat mobil itu untuk ditarik dengan keledainya. Ia katakan pada keledainya itu “Willie, ayo kita selamatkan mobil itu, tariiiikkkk…!”
Setelah dicoba berkali-kali, ternyata keledai itu tak kuat juga menarik mobil itu keluar got. Akhirnya petani itu memutar akal beberapa saat lamanya. Akhirnya ia menepuk-nepuk punggung keledai itu, kemudian ia bertepuk tangan sambil berteriak:
“Ayo Henry…, tarik yang kuat… ayoooo!!!”
“Ayo James…, sekarang kamu tarik … tarik… tarik yang kuat!!”
“Ayo Mary …., giliranmu cepat tarik yang kuat!!”
Kemudian dengan teriakan yang menggelegar ia berseru:
“Ayo Willie…, sekarang giliranmu yang harus tarik dengan kuat…!!!!”
Ajaib, pelan tapi pasti, mobil itu tertarik ke atas got dan akhirnya bisa diselamatkan dengan baik.
Pemilik mobil itu sambil berterima kasih bertanya, “Kenapa Anda memanggil berbagai nama seolah ada lebih dari satu keledai?”. Petani itu menjawab, jika si Willie berpikir bekerja sendiri, maka ia akan pesimis. Namun jika ia berpikir ada banyak keledai lain yang bersamanya menarik beban itu, maka ia akan merasa lebih enteng dan optimis. Keledai saya itu buta”.

Moral kisah:
·        Bekerja sama akan membuat kita mengerjakan sesuatu dengan lebih baik.


16. Kisah 5 Saudara Bingung

Ada 5 orang bersaudara, mereka memiliki nama aneh: Seseorang, Setiap Orang, Siapapun, Orang Lain, dan Tak Seorangpun. Mereka tidak terlalu kompak, sekalipun tinggal di rumah yang sama.
Pada suatu hari Seseorang punya hajat penting yang dia tidak bisa kerjakan sendiri, ia berpikir mengajak Orang Lain untuk membantu mengerjakannya. Karena Orang Lain tidak ada di tempat, akhirnya ia meminta pada Setiap Orang saja untuk membantunya. Seseorang berpikir bahwa Setiap Orang pasti akan mengerjakan permintaannya, karena ia sudah mengatakan padanya. Setiap Orang mengiyakan, sambil berpikir bahwa pekerjaan itu pasti akan dikerjakan oleh Siapapun yang ada di antara mereka.
Namun, ternyata malah Tak Seorangpun yang mengerjakan pekerjaan itu seperti permintaan Seseorang. Sebab nyatanya Siapapun yang ada pada saat itu mengira bahwa sudah ada Orang Lain yang mengerjakannya.
Akhirnya Setiap Orang menyalahkan Siapapun yang ada di depannya, agar ia bisa terhindar dari kesalahan yang ditimpakan Seseorang padanya. Dalam hal ini Tak Seorangpun akhirnya yang mau bertanggung jawab pada persoalan ini. Setiap Orang berpendapat bahwa Orang Lain-lah yang salah dalam persoalan ini. Seseorang akhirnya mendendam pada Setiap Orang, karena ia berpikir Tak Seorangpun yang mengerjakan pekerjaan ini disebabkan karena Siapapun melempar pekerjaan itu pada Orang Lain.

Apa moral cerita di atas?
·        Jika sebuah pekerjaan tidak direncanakan dan dibagikan secara spesifik, maka tak seorang pun yang akan mengerjakan karena merasa bukan pekerjaannya atau mengira bahwa pasti ada seseorang yang akan melakukannya.

17. Kisah menyeberangi papan di antara dua gedung.

Seandainya di antara dua gedung pencakar langit setinggi 20 lantai, dibentangkan papan tebal anti patah namun lebarnya hanya 20 cm. Jarak antara dua gedung adalah 50 meter, dengan lantai aspal di bawahnya.
1.     Tanyakan kepada peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan tanpa imbalan apa-apa?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakah dengan sungguh-sungguh bahwa pertanyaan anda adalah serius, apakah mereka juga menjawab serius?
2.     Tanyakan lagi kepada peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan imbalan Rp500 ribu?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakan dengan pertanyaan seperti di atas.
3.     Tanyakan lagi kepada peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan imbalan Rp1 juta?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakan dengan pertanyaan seperti di atas.
4.     Tanyakan lagi kepada peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan imbalan Rp5 juta?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakan dengan pertanyaan seperti di atas.
5.     Sekarang tanyakan lagi kepada peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan catatan diujung gedung sebelah anak Anda diikat tergantung dan hanya bisa diselamatkan jika Anda sendiri yang melepaskannya?”
Tunggu jawaban peserta, harusnya mereka setuju.

Moral Cerita

·        Orang akan keberatan/tidak setuju jika tidak melihat benefit atau melihat benefit terlampau kecil bagi mereka.
·        Jika benefit cukup besar saat setuju atau kerugian terlalu besar saat menolak, maka mereka akan setuju/tidak keberatan.


Mengatasi Keberatan

Pada prinsipnya keberatan adalah “suatu kondisi pikiran” (state of mind) seseorang yang “tidak positif” kepada kita, dengan demikian langkah pertama menghadapi keberatan adalah dengan membuatnya masuk pada “kondisi pikiran positif”.
Berdasarkan teknik persuasi NLP, maka teknik mengatasi keberatan dilakukan dengan cara mengapresiasi terlebih dahulu keberatan mereka. Apresiasi ini ditunjukkan dengan sikap mengerti dan kalimat yang merefleksikan bahwa kita
mengerti apa yang mereka maksudkan. Apresiasi selalu akan membawa orang dalam kondisi pikiran yang positif, sehingga akan mempermudah langkah berikutnya dalam menghadapi keberatan.

1. Keberatan Semu
Ada kalanya seseorang sepertinya mengajukan keberatan, padahal sebenarnya hanyalah suatu pertanyaan, karena yang bersangkutan kurang pandai mengartikulasikan pertanyaan sehingga terkesan menjadi mempertanyakan.
Contoh, pertanyaan semacam “Sampai seberapa jauh…. “ atau “Sejauh mana…” seringkali dianggap keberatan, padahal itu merupakan pertanyaan eksploratif yang membutuhkan jawaban yang sifatnya elaboratif dan bukti (evidence ).
Sebagai advokator, kita harus bisa membedakan berbagai jenis keberatan seperti itu. Pertanyaan seperti ini setelah diapresiasi perlu dijawab dengan cara menunjukkan bukti-bukti yang menunjang atas apa yang dipertanyakan.
Misalnya, “Sampai sejauh mana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan cocok digunakan di indonesia Bagian Timur? Artinya pertanyaan ini meminta bukti mengenai kisah sukses penerapan MBS di wilayah Indonesia Timur. Dengan demikian, sajikan data-data yang mendukung.

2. Keberatan tipe tidak yakin
Ungkapan keberatan yang sebenarnya menunjukkan bahwa pihak lain tidak yakin atas apa yang kita kemukakan. Ditandai dengan kata “Tidak mungkin”, “sulit”, “tidak bisa”, “tidak masuk akal”.
Sebagai contoh:
·        “Tidak mungkin melaksanakan apa yang saudara usulkan tadi….”
·        “Hal itu akan sulit diaplikasikan, karena ….”
·        “Ini tidak bisa Pak, sebab…”
·        “Jelas hal itu tidak masuk akal, karena....”


Hal di atas, sebenarnya lebih merupakan ungkapan keraguan, yang biasanya disebabkan oleh karena pengalaman yang terbatas dari yang mengatakan, atau pengetahuan yang sempit, atau rasa percaya diri yang kurang. Bisa juga lantaran
kecenderungan untuk melihat dunia dari sisi “Setengah Kosong”, yakni bagian sulitnya saja.
Dalam menghadapi pertanyaan/ungkapan semacam ini, advokator perlu mengenali bahwa ini bukan mutlak keberatan, bukan pula mempersoalkan atau penolakan. Jauh lebih nyaman dan akan mudah menjawab apabila advokator segera
memandang hal ini sebagai: permintaan bantuan dari orang lain untuk diyakinkan. Dengan sikap seperti itu, akan mudah bagi advokator untuk berkepala dingin dan berfokus pada jawaban untuk membantu. Cara menanggapinya adalah dengan cara melakukan klarifikasi terlebih dahulu atas “keberatannya” itu. Teknik mengklarifikasi dengan cara bertanya secara sopan/halus:
·        “Boleh saya dijelaskan apa yang Anda maksudkan dengan tidak mungkin?”
·        “Bisakah saya menanyakan apa yang Anda maksudkan dengan tidak masuk akal?”
·        “Em, saya ingin mendapatkan pema haman mengenai kata sulit diaplikasikan, bisa dipaparkan kesulitannya seperti apa?”

Teknik klarifikasi seperti di atas merupakan salah satu teknik NLP yang disebut Meta-model dalam NLP, artinya menggunakan bahasa untuk mengklarifikasi bahasa itu sendiri.
Selain itu perlu dicermati bahwa jika pihak lain merasa kurang percaya dengan kita, berarti kita kurang berhasil membangun kepercayaan di mata mereka.
Gunakan prinsip-prinsip yang sama dengan membangun kepercayaan yang dijelaskan dalam modul 1.

3. Keberatan akibat mencampuradukkan antara Kata Proses = Kata Benda

Keberatan lain yang lazim terjadi adalah disebabkan karena peserta mencampuradukkan antara kata proses dan kata benda (istilah NLP = nominalisasi).
Contohnya adalah seseorang mengungkapkan keberatannya mengenai suatu tata laksana atau suatu prosedur.
·        “Saya lihat prosedur baru yang anda tawarkan sulit terlaksana.”
·        “Hal itu melanggar tata laksana yang ada.”
Prosedur dan tata laksana bisa digolongkan sebagai kata benda, sekalipun sebenarnya adalah kata proses, di mana di dalamnya ada suatu proses tahap demi tahap. Di sinilah kunci untuk menyelesaikan keberatan jenis ini, yakni kita melakukan klarifikasi atas proses itu. Pada langkah/tahap mana dari proses itu yang dimaksudkan oleh pembicara.
·        “Saya lihat prosedur baru yang anda tawarkan sulit terlaksana.”
·        Pada prosedur di tahap berapa, yang Anda maksudkan sulit dilaksanakan?
·        “Hal itu melanggar tata laksana yang ada.”
·        Pada tata laksana point yang ke berapa, hal ini melanggar?

4. Keberatan yang dikaitkan/dibandingkan dengan hal lain

Keberatan ini antara lain berbentuk kalimat:
o “Adanya masalah lain yang lebih penting dibandingkan dengan apa yang anda sampaikan kepada kami, yakni….”
o “Permasalahan yang saudara kemukakan, justru berpotensi merugikan kabupaten ini karena alasan tertentu (menurunkan PAD, mengancam kerukunan warga, alasan timing yang tidak tepat (Pilkada, bulan puasa, dll)) .
Keberatan yang pertama dicegah dengan agreement frame, dan outcome
frame. Kemudian jika mungkin lakukan penggabungan, bahwa jika ditangani secara
bersamaan akan menghasilkan sesuatu yang sangat baik.
Keberatan jenis kedua dicegah dengan contrast frame (cost benefit ), dan
kemudian lakukan reframing content ataupun konteks.