1.
Kisah Musafir
Seorang
musafir muda tersesat di padang pasir, berhari-hari tidak makan dan minum.
Sedemikian kehausan sehingga berjalan terseok-seok. Sepatu dan pakaiannya sudah
rusak, rambutnya kusut masai dan berantakan tertiup angin. Hampir putus asa, akhirnya
bertemu dengan musafir perempuan yang naik kuda dan membawa dua kantung besar
air.
Dimintanya
air barang beberapa teguk pada perempuan itu, namun perempuan itu tak mau
memberikan, malah ujarnya “Aku sendiri perlu air ini untuk perjalanan jauhku,
jika kau mau kuberikan kamu topi,” seraya mengambil topi lain yang ada di
tasnya. Musafir muda ini menolak pemberian topi, dan bersikeras meminta air.
Demikian pula perempuan ini tidak bersedia memberi air dan hanya mau memberi
topi. Akhirnya musafir muda ini marah dan pergi.
Dua
ratus meter kemudian ia berjalan terseok-seok, akhirnya bertemu dengan musafir
laki-laki tua yang naik keledai dengan membawa dua kantung besar air juga.
Dimintanya air barang beberapa teguk pada laki-laki tua itu, namun laki-laki tua
itu tak mau memberikan, seraya berujar,
“Aku sendiri juga perlu
air ini untuk perjalanan yang masih jauh, jika kau mau kuberikan kamu sepatu,”
katanya sambil mengambil sepatu lain yang ada di tasnya. Musafir muda ini menolak
pemberian sepatu itu, dan bersikeras meminta air. Namun laki-laki tua ini tidak
bersedia memberi air dan hanya mau memberi sepatu. Akhirnya musafir muda ini
tambah marah dan pergi.
Selang
lima ratus meter dari situ, ia tiba di sebuah oasis besar yang airnya sangat
jernih dan teduh. Dengan bergegas ia menuju tepi air untuk mengambil minum.
Namun tiba-tiba telah berdiri di depannya dua orang tentara kerajaan yang
menjaga oasis itu, sambil berkata “Dilarang keras mengambil air ini, kecuali
kamu memakai topi dan sepatu!”.
Apa moral cerita di atas ?
1. Kadang kita menolak suatu
pemberian/ilmu, padahal kita belum tahu di kelak kemudian hari ternyata kita
butuhkan.
2. Dalam pelatihan ini ilmu
tidak hanya dari fasilitator, namun juga bisa diperoleh dari narasumber, dari
sesama peserta dan dari pengalaman yang dilakukan bersama.
2. Kisah Riset Handphone
Tujuan
Dengan
cara yang lucu/menyenangkan mengingatkan peserta menyadari bahwa bunyi handphone
sangat mengganggu acara yang tengah berlangsung
Isi
Cerita
Beberapa
bulan yang lalu saya membaca di sebuah majalah ternama mengenai suatu riset
tentang “Sebab-sebab orang tidak mematikan handphone di dalam kelas
pelatihan”.
Menurut
penelitian yang dilakukan pada ribuan orang di berbagai daerah itu, hasilnya
ada tiga sebab.
Orang
tidak mematikan handphone di ruang pelatihan karena:
1. Handphone-nya
kuno, sehingga belum ada fasilitas getar/silent.
2. Handphone-nya
baru beli pertama kali/model terbaru, sehingga ia ingin sekali orang lain
mengetahui bahwa ia punya handphone baru.
3.
Istri/suami/pacarnya galak sekali, ia akan dicurigai selingkuh jika handphone-nya
mati.
Tutup
cerita di atas dengan cara berbicara sambil tertawa kecil , “Tentunya hal
semacam ini tidak akan terjadi di ruang ini, karena norak sekali.....”
3. Kisah Menantu dan Mertua
Seorang lelaki yang baru menikah
tinggal menumpang di rumah mertuanya. Beberapa saat tinggal bersamanya,
akhirnya ia demikian kesal dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat
brengsek, cerewet, bawel, bossy, dan angkuh sekali.
Setelah dua tahun, baginya cukup
sudah penderitaan itu. Ia memutuskan untuk mengakhiri dengan berencana membunuh
ibu mertuanya. Setelah memutar otak, ia pergi mendatangi dukun yang paling
sakti di daerahnya.
Usai bercerita dengan penuh
kegeraman, sang dukun tersenyum dan mengangguk-angguk. Diberinya sebotol cairan
yang menurut petunjuk dukun adalah racun yang sangat mematikan. Syaratnya harus
diberikan sedikit demi sedikit selama 2 bulan, dan dalam memberikan ia
diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta selalu tersenyum. Hal ini
untuk membuat si mertua supaya tidak mencurigainya.
Dengan penuh kesabaran, hari demi
hari ia mulai meracuni si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang
lebih santun serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya. Perlahan namun pasti
ia mulai melihat perubahan pada mertuanya.
Ada satu hal yang membuatnya
bingung, setelah satu bulan ia meracuni mertuanya, kelakuan mertua ini justru
berubah menjadi demikian baik padanya. Sikapnya berubah 180 derajat dari
sebelumnya, ia mulai menyapa lebih dahulu setiap kali ketemu. Pikirnya, ini
pasti akibat awal dari racun itu, yakni adanya perubahan sikap sebelum akhirnya
meninggal.
Mendekati hari ke-40 sikap mertua
semakin baik dan hubungan dengannya semakin manis, ia mulai membuatkan minum
teh di pagi hari, menyediakan pisang goreng dan seterusnya. Sebuah perilaku
mertua yang dulu tidak pernah ia bayangkan akan terjadi. Puncaknya pada hari
ke-50 mertua memasakkan makanan yang paling ia sukai, bahkan di pagi harinya ia
terkejut saat mendapati bajunya sudah dicuci bahkan diseterika oleh si mertua.
Tak ayal lagi, hati kecilnya
mulai memberontak. Muncullah rasa bersalah yang makin hari makin menguat. Pada
hari ke-55, sudah tak terbendung lagi penyesalan itu, karena melihat perubahan
si Ibu mertua yang menjadi sedemikian sayang padanya. Akhirnya pergilah ia ke
dukun itu lagi, dengan terbata-bata penuh penyesalan dan rasa berdosa ia
memohon-mohon untuk dibuatkan penangkal racun yang pernah diberikan sang dukun
padanya.
Dengan senyum bijaksana bak
malaikat, dukun itu berkata “Cairan yang kuberikan padamu dulu itu bukanlah
racun, namun air biasa yang kuberi warna saja. Sikap mertuamu yang berubah
menjadi sayang padamu, disebabkan karena SIKAP DIRIMU YANG TERLEBIH DAHULU
BERUBAH MENJADI LEBIH RAMAH, LEBIH SANTUN DAN SELALU SENYUM PADANYA”.
Apa moral cerita di atas?
1.
Sikap buruk/penolakan orang lain, hanyalah
sebagai akibat/reaksi atas sikap buruk kita padanya.
2.
Kalau mau mengubah orang lain, kitalah yang berubah dahulu
(I go first)
4. Kisah “Riset pasar Ikan
Lou Han”
Pada awal tahun 2000-an,
bangsa Malaysia
berhasil mengawinsilangkan berbagai species ikan tertentu, sehingga
menghasilkan sejenis ikan baru yang disebut sebagai ikan Lou Han. Ikan cantik
ini punya ciri-ciri kepala menonjol ke depan (jenong) dan badan berwarna-warni
metalik serta ada bercak hitam di sisi badannya seolah kaligrafi huruf Cina
atau Arab.
Seorang
pengusaha besar ikan ingin meluaskan pasar ke Indonesia, dan untuk itu ia ingin
melakukan riset pasar. Dikirimkanlah satu orang periset untuk melihat, sejauh
mana masyarakat Indonesia menggemari ikan hias. Setelah beberapa minggu
berkeliling Indonesia, ia pulang dengan kesimpulan: “Kurang dari 1% penduduk
Indonesia yang sudah punya akuarium, sehingga sulit dan tidak ada gunanya untuk
penetrasi ikan hias Lou Han di Indonesia.”
Pengusaha
ini tidak puas, dan menyuruh periset berikutnya untuk riset pasar di Indonesia.
Setelah tiga bulan, barulah ia kembali dengan suatu kesimpulan yang menarik:
“Kurang dari 1% penduduk Indonesia yang sudah punya akuarium, berarti kita
punya peluang besar untuk penetrasi pasar dengan dimulai dari edukasi pasar
terlebih dahulu”.
Pertanyaan:
1.
Apa perbedaan antara periset yang pertama dan
kedua?
2.
Apa hubungannya dengan setengah kosong
setengah isi?
3.
Mana yang lebih baik “Bisa tapi sulit!”, atau
“Sulit tapi bisa!”
5. Advokasi mirip dengan
konser musik
Advokasi
dapat dianalogikan dengan pelaksanaan konser musik di stadion. Hasil akhirnya
adalah kelompok musik beraksi di atas panggung dalam stadion yang dipenuhi
penonton dan pertunjukan berlangsung aman hingga akhir.
Terjadinya
hasil akhir di atas mencakup banyak kegiatan yang dilakukan banyak pihak.
Pertama, tentu saja harus ada kelompok musik yang akan tampil. Berikutnya,
kelompok ini dihubungi oleh penyelenggara untuk menyepakati jadwal dan kontrak
pementasan. Begitu kontrak disepakati, penyelenggara perlu menyiapkan stadion
dan panggung tempat pementasan.
Pementasan
ini memerlukan banyak peralatan dan biaya sehingga untuk itu diperlukan
pemasukan dari penonton. Makin banyak penonton, makin banyak pemasukan. Namun
di lain pihak, makin besar kemungkinan terjadinya kerusuhan sehingga diperlukan
pengamanan ekstra. Beberapa kegiatan dilakukan berurutan, seperti penjualan
tiket dilakukan sesudah kontrak ditandatangani. Beberapa kegiatan dilakukan bersamaan
seperti pengamanan oleh petugas bersamaan dengan kelompok musik mengalunkan
lagu.
Pelaksanaan
advokasi juga mencakup banyak kegiatan, baik berurutan mapun serempak. Satu
tujuan yang dapat diraih dengan melakukan beberapa hal secara serentak dan
saling mendukung.
6. Anekdot Workshop 3 Sesi
Syahdan, di suatu
negara akan diadakan seminar/workshop setengah hari yang terdiri dari 3
sesi. Pembicara semuanya pakar yang terkenal dan jadwal mereka sangat sibuk.
Untuk mendapatkan jadwal mereka saja perlu mem-booking beberapa bulan
sebelumnya.
Ketika tiba harinya,
semua peserta yang sudah datang tak sabar menunggu kehebatan para narasumber
yang sudah tersohor itu. Semuanya tenang dan diam menunggu untuk mendapatkan
kejutan dan presentasi yang dahsyat.
Akhirnya setelah
dibuka masuklah Narasumber I yakni Profesor A. Setelah diperkenalkan beliau
berdiri dan dengan suara menggelegar bertanya pada semua pesertas: “Hadirin
semua, apakah Anda semua sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi
ini?!!!”
Hadirin saling
berpandang-pandangan, serempak menjawab dengan keras “Beluuuuuum!”. Setelah
ruangan senyap kembali, Profesor A itu berteriak dengan kesal “Jika Anda semua
tidak tahu apa yang akan kita bahas di sesi ini, untuk apa Anda hadir di sini?
Saya nyatakan sesi ini sudah selesai !!!!” Bergegas profesor yang teramat sibuk
itu pergi keluar ruangan sambil bersungut-sungut.
Peserta terkejut
bukan kepalang, mereka saling berpandangan dengan tatapan saling menyalahkan.
Ributlah kelas seketika seperti pasar pecah selama dua jam tersebut.
Setelah dua jam,
masuklah Profesor B. Ia tidak terlihat galak seperti profesor yang sebelumnya,
justru ia kelihatan ramah sekali. Setelah diperkenalkan beliau berdiri dan
dengan suara lembut bertanya pada semua pesertas: “Hadirin semua, apakah Anda
semua sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi ini?!!!”
Hadirin kembali
saling berpandang-pandangan, karena takut salah seperti sesi pertama, maka
sontak mereka menjawab dengan penuh keyakinan “Sudaaaaaah!”. Setelah ruangan
senyap kembali, Profesor B itu tersenyum dengan sangat ramah dan berkata
lembut, “Jika Anda semua sudah tahu apa yang akan kita bahas di sesi ini, untuk
apa lagi saya hadir disini? Saya nyatakan sesi ini sudah selesai...” Perlahan
profesor yang menyenangkan itu pergi keluar ruangan sambil tersenyum-senyum.
Peserta makin
terkejut habis-habisan. Mereka saling berpandangan dengan tatapan yang terlebih
saling menyalahkan. Makin gaduhlah kelas seketika seperti pasar pecah yang
sedang digusur tramtib selama dua jam.
Akhirnya ruangan kembali senyap,
saat tanda-tanda profesor ketiga mau datang. Kemudian masuklah Profesor C. Kali
ini nampaknya seseorang yang kocak berdiri di depan tidak seperti kedua
profesor sebelumnya. Setelah diperkenalkan beliau berdiri dan dengan suara
menyenangkan bertanya pada semua peserta: “Hadirin semua, apakah Anda semua
sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi ini?!!!”
Kali ini hadirin betul-betul pusing. Mereka
kembali saling berpandangan dan berbisik-bisik hingga agak gaduh. Berangkat
dari kesalahan di kedua sesi sebelumnya, mereka betul-betul tak tahu harus
menjawab apa.
Akhirnya dengan suara konyol namun tegas
kembali profesor ini bertanya pada peserta: “Hadirin semua, apakah Anda semua
sudah tahu apa yang akan kita bahas dalam sesi ini? Tolong segera dijawab
nih!!”
Karena tidak kompak, beberapa dari mereka
berteriak “Beluuum” dan sebagian lain menjawab “Sudaaaaaah!”. Setelah ruangan
senyap kembali, Profesor C itu tersenyum lucu dan berkata penuh nada konyol.
“Jika sebagian dari Anda sudah tahu apa yang akan kita bahas di sesi ini,
sedangkan sebagiannya belum, maka silahkan yang sudah tahu memberi tahu kepada
yang belum tahu. Jadi untuk apa lagi saya hadir disini? Saya nyatakan sesi ini
sudah selesai...” Sambil berkata demikian ia ngeloyor ke luar ruangan....
7. Kisah Rahasia Sukes Restoran Kelas Dunia
Dalam sebuah seminar bisnis yang sangat
mahal, pembicaranya adalah seorang pengusaha pemilik restoran siap saji paling
besar sedunia. Ia berjanji akan menguraikan tiga rahasia suksesnya kenapa bisa
menguasai pasar restoran siap saji.
Seminar ini sangat mengundang perhatian
pengunjung, ribuan orang hadir ingin tahu apa tiga rahasia sukses yang
dijanjikan akan dibuka seara blak-blakan oleh pengusaha ini.
Sesaat kemudian acara dimulai, dan mulailah
pengusaha ini buka kartu suksesnya. Ia mengatakan, “Selama puluhan tahun
menjalankan usaha restoran, tiga hal inilah yang merupakan intisari rahasia
kesuksesan saya”. Seraya mengatakan demikian ia menghidupkan powerpoint-nya.
Tertulis besar di layar :
1. Lokasi Strategis
2. Lokasi Strategis
3. Kombinasi kedua hal di atas.
Kemudian ia segera memimpin tanya jawab
khusus membahas ketiga hal itu. Semua pertanyaan di luar ketiga hal itu tidak
akan dilayani karena baginya hal itu tidak relevan. Menurutnya, hanya itulah
kunci sukses untuk usaha restoran. Bukan menu, bukan layanan, bukan pula resep.
8. Kisah Abunawas dan
Kudanya
Suatu hari Abunawas sedang naik kuda kesayangannya
di gurun pasir pulang kerja sebagai petani wortel. Tiba-tiba ia ditantang
seorang pemuda temannya bekerja untuk berlomba balap lari antara dia dengan
kudanya melawan pemuda dengan keledai kecilnya. Lomba itu mempertaruhkan
sekantung uang yang masing-masing dibawa mereka hasil kerja seminggu.
Tentu saja Abunawas menganggap enteng pemuda
dan keledai kecilnya itu. Pikirnya kaki keledai itu kecil, dinaiki pemuda itu
pastilah sangat pelan larinya.
Saat mulai, mula-mula kuda Abunawas menang,
namun tak berapa lama keledai itu menyusul dengan cepat dan makin cepat. Saat
keledai itu menyalip selintas ia melihat bahwa pemuda itu mengiming-imingi
keledai itu dengan wortel di depan kepalanya sehingga keledai itu terus berlari
kencang mengejar wortel yang selalu tetap di depannya. Jadi semakin dikejar,
semakin wortel itu tetap di depan hidung keledai itu.
Akhirnya sambil tersenyum iapun mengeluarkan
wortel dari tasnya dan menaruh di depan kepala kudanya. Namun apa lacur, kuda
itu tidak tertarik sama sekali dengan wortel itu. Sambil frustasi ia ingat
bahwa keledai memang doyan wortel sedangkan kuda tidak.
Dengan kesal dipukulkannya wortel itu di pantat
kuda itu, betapa kagetnya Abunawas, setiap kali dipukul, kuda itu berlari lebih
kencang. Barulah
ia ingat bahwa kuda akan berlari kencang untuk menghidari rasa sakit jika ia
dipukul atau dicambuk. Akhirnya ia pukul berkali-kali namun sayang keledai itu
sudah teramat jauh.
Abunawas terus memutar otak, mencari cara
menyakiti kuda itu agar bersedia lari lebih kencang. Muncullah pikiran
jahatnya, turunlah ia dari kuda dan dikeluarkanlah balsem ekstra panas dari tas
kulitnya. Segera digosoknya kemaluan kuda itu dengan balsem ekstra panas itu.
Sontak kuda itu berlari cepat sekali dengan kecepatan luar biasa menyusul
keledai itu.
Sayang sekali Abunawas belum sempat naik
kudanya, sia-sia ia tunggang langgang berlari mengejar kudanya yang kabur bak
kesetanan itu. Diputarnya sekali lagi akalnya, sambil tersenyum, kali ini
digosoklah kemaluannya sendiri dengan balsem ekstra panas itu. Keruan saja
bukannya berlari kencang, malah Abunawas menjadi pingsan karena kesakitan.
Moral cerita
·
Ada mahluk hidup yang semangat berlari demi
mengejar suatu iming-iming.
·
Ada mahluk hidup yang semangat berlari jika
ia menghindari rasa sakit • yang dideritanya.
·
Demikian juga watak
manusia.
9. Kisah Sungai Berbuaya
Nona dan Jaka adalah sepasang kekasih yang
sedang dimabuk cinta. Mereka tinggal di suatu daerah yang dipisahkan oleh
sebuah sungai
yang penuh dengan buaya ganas. Meskipun tempat tinggal mereka dipisahkan oleh
sungai itu, namun mereka dapat saling berkunjung menyeberangi sungai melalui
jembatan kecil.
Pada suatu hari terjadi badai besar yang
meruntuhkan dan menghanyutkan jembatan tersebut. Pasangan kekasih itu sangat
menderita oleh karenanya. Lenyaplah satu-satunya cara untuk bertemu. Nona
berdiri di tepi sungai setiap hari, menantikan terjadinya mu’jizat, hingga
sebulan lamanya. Perasaannya sungguh gundah, mengapa kekasihnya –yang notabene
adalah seorang laki-laki- kok sepertinya acuh dan tidak melakukan suatu upaya
apapun. Pikirannya semakin kalut, memikirkan jangan-jangan kekasihnya telah
mati ditelan gelombang badai itu.
Pada suatu hari, lewatlah Si Mata Satu
seorang pelaut, berlayar di sepanjang sungai itu mendekati tempat tinggal Nona.
Gadis itu berteriak-teriak memanggilnya dan meminta tolong mengantarkannya ke
seberang sungai untuk menjumpai Jaka.
Si Mata Satu merasa gembira atas permintaan
itu dan berkata: “Tentu saja! Saya akan dengan senang hati membawamu ke
seberang, tetapi ada syaratnya, kau harus tidur denganku dulu”. Nona terkejut
alang kepalang dan berlari menangis mendengar syarat yang diajukan Si Mata
Satu. Dia belum pernah berhubungan sex dengan siapa pun. Dia memutuskan untuk
meminta nasihat seorang sahabat paling dekatnya sejak kecil yang bernama Pak
Ogah. Ternyata Pak Ogah bersikap acuh tak acuh dan dingin terhadap persoalan
itu. Dia hanya berpangku tangan dan berkata kepada Nona: “Itu urusanmu, saya
tidak ingin terlibat.”
Jawaban Pak Ogah yang begitu dingin membuat
Nona berpikir berkali-kali mengenai masalah yang dihadapinya itu. Akhirnya dengan berat
hati, Nona memutuskan untuk memenuhi tuntutan Si Mata Satu.
Ketika akhirnya Nona bertemu dengan Jaka pada
esok harinya, lega sekaligus bingung perasaannya karena ternyata pacarnya sehat
tanpa masalah apa pun. Akhirnya diceritakannya kepada Jaka semua yang telah
terjadi dan bagaimana sulitnya dia berjuang untuk membuat keputusan ini.
Jaka sangat marah atas apa yang telah
dilakukan oleh Nona dan dia menampar dan mengusir gadis itu supaya tidak
kembali lagi. Gadis yang malang itu berlutut dan merangkul Jaka sambit
menangis, memohon supaya Jaka tidak meninggalkannya, tetapi Jaka tidak
menghiraukannya.
Dengan berlinang air mata, Nona pergi kepada
teman lainnya yang bernama Jabrik, seorang jagoan. Setelah diceritakan kisahnya
dari awal sampai akhir, Jabrik memutuskan untuk menemui Jaka. Dia menghajar
Jaka habis-habisan sampai babak belur berdarah-darah. Pikirnya, bagaimanapun
juga, mengapa seseorang seperti Jaka sampai hati memperlakukan gadis sedemikian
itu?
Diskusi Kelompok:
·
Dari kelima orang ini, buatlah urutan
(ranking) berdasarkan siapakah yang paling bersalah?
·
Jelaskan mengapa urutan demikian ?
10. Kisah Koran Rusia
Saking
buruknya sistem pemerintahan di zaman presiden Rusia masa perang dingin, maka
sebuah koran menulis judul berita utama “50 persen pejabat Pemerintah Rusia
ternyata adalah koruptor”.
Kontan
saja redaktur koran dipanggil Polisi Rahasia dan diinterogasi, diakhiri dengan
sebuah perintah untuk merevisi berita tersebut pada hari berikutnya.
Redaktur
terpaksa setuju. Semalaman ia berpikir keras untuk me-recall berita
sebelumnya tanpa kehilangan pangsa pasar yang sebenarnya menyukai berita-berita
korannya yang terkenal berani.
Akhirnya
ia mendapatkan ide. Demikianlah judul berita utama koran esok harinya yang
muncul “50 persen pejabat Pemerintah Rusia ternyata BUKAN koruptor.”
Moral
Cerita:
Media
massa adalah alat pembujuk yang ampuh dan memiliki konstituen sendiri. Sangat
penting bagi advokator untuk menggandeng media massa dalam beradvokasi.
Bukan
saja agar mereka tidak melakukan pemberitaan buruk mengenai isu yang kita
angkat, namun secara lebih jauh justru mengajak mereka menjadi bagian dari
gerakan advokasi.
11. Kisah Orang Mati di Mobil Es Rusak
Pada
suatu malam, segerombol pemuda bandel pulang dari pesta. Salah satu dari mereka
adalah pemuda yang penakut sekalipun umurnya lebih tua dibanding yang lain.
Saat mereka melalui lokasi parkir mobil boks berpendingin (freezer) untuk
membekukan ice cream, mereka iseng membukanya untuk mencuri isinya. Namun
ternyata semua mobil itu kosong.
Akhirnya
keisengan mereka disalurkan untuk menakuti rekannya yang penakut itu,
didorongnya ia ke dalam salah satu mobil boks berpendingin itu dan dikunci di
dalamnya. Mereka tahu bahwa pendingin itu rusak dan ada angin yang mengalir di
salah satu lobang di atas mobil itu. Rencananya mereka akan membuka keesokan
paginya sambil diolok-olok. Sambil pergi mereka berteriak keras-keras “Kamu
akan mati kedinginan di dalam mobil boks freezer ini!”
Ironisnya,
pemuda yang ditinggal ini tidak tahu bahwa mesin pendingin (freezer) di mobil
itu sudah rusak. Bahkan saking takutnya ia mengira aliran angin malam yang
masuk melalui lubang diatas sebagai semburan hawa dingin dari freezer itu.
Setelah berteriak-teriak tanpa hasil selama berjam-jam akhirnya ia mulai merasa
kedinginan dan mulai membeku. Diambilnya kertas dan bolpen di sakunya dan
ditulisnya pesan untuk teman-temannya itu.
Saat
pagi, ketika kawan-kawan ini membuka mobil boks itu, alangkah terkejutnya
mereka karena rekannya itu sudah mati beku dalam mobil boks. Ditangannya ada
bolpen dan kertas bertuliskan:
“Kalian
semua brengsek, sungguh aku tak tahu apa mau kalian dengan mengunciku di sini?
Mungkin kalian memang ingin membunuhku, kudoakan kalian akan terbalas dengan
cara yang lebih curuk. Oh, malam ini tubuhku terus mendingin dan membeku
perlahan-lahan karena berada di dalam freezer ini. Sungguh semburan hawa dingin
dari atas luar biasa dinginnya. Selamat tinggal.”
Saat
diotopsi, dokter di rumah sakit yakin bahwa tubuh pemuda ini meninggal karena
membeku. Yang mengherankan adalah mobil boks itu sistem pendinginnya sudah
rusak dan tidak berfungsi sama sekali.
Moral
Cerita:
·
Sugesti
memiliki kekuatan yang luar biasa, apalagi sugesti diri yang diyakini secara
kuat.
·
Jika
bersedia mempelajarinya, kata-kata kita memiliki kekuatan sugesti pada orang
lain dan pada kita sendiri.
·
Kekuatan
sugesti ini akan menjadi positif atau negatif tergantung dari orang yang
menggunakannya.
12. Kisah Riset Belalang
Ada
seorang peneliti muda yang masih junior tapi amat bersemangat tengah mencoba
meneliti seekor belalang. Ia ingin melihat reaksi belalang terhadap suatu
teriakan perintah untuk meloncat.
1.
Tahap satu:
a. Belalang ditaruh di meja,
kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak
“Loncat!”.
b. Ternyata belalang meloncat
sejauh 2 meter.
2.
Tahap dua:
a. Belalang tersebut diambil
lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1
kaki depan, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang
belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b. Ternyata belalang meloncat
sejauh 1,5 meter.
3.
Tahap tiga:
a. Belalang tersebut diambil
lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1
kaki depannya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang
belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b. Ternyata belalang meloncat
sejauh 1 meter.
4.
Tahap empat:
a. Belalang tersebut diambil
lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki
tengah lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang
belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b. Ternyata belalang meloncat
sejauh 45 centimeter.
5.
Tahap lima:
a. Belalang tersebut diambil
lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki tengah sebelahnya lagi, kemudian
tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak
“Loncat!”.
b. Ternyata belalang meloncat
sejauh 30 centimeter.
6.
Tahap enam:
a. Belalang tersebut diambil
lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1
kaki belakangnya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di
belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
b. Ternyata belalang meloncat
sejauh 10 centimeter.
7.
Tahap tujuh:
a. Belalang tersebut diambil
lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki belakangnya satunya lagi,
kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang itu sambil teriak
“Loncat!”
b. Ternyata belalang itu diam
tidak meloncat.
Kesimpulan:
Belalang
menjadi tuli saat semua kakinya dipotong!
Moral
Cerita:
Kita
harus pandai-pandai dalam membaca bahasa tubuh disebabkan oleh apa.
13. Kisah Pertandingan Tim
3 Kuda
Pada
zaman dahulu kala tengah terjadi pertikaian antara dua suku di daerah
terpencil. Karena sudah terlalu banyak korban jatuh, akhirnya mereka bersepakat
untuk damai. Namun agar ego tetap terpuaskan, Suku Egogo meminta dilakukan
pertandingan pacu kuda antara sukunya dengan Suku Hatiti untuk menentukan suku mana
yang lebih unggul.
Suku
Egogo meminta pertandingan ini berupa pacuan 3 kuda yang dilakukan
berturut-turut. Secara kebetulan kedua suku itu masing-masing tinggal memiliki
3 kuda, karena kuda lainnya sudah mati saat perang.
Dalam
perhitungan Suku Egogo merasa pasti akan menang, karena ia memiliki 3 kuda
dengan spesifikasi:
o
Kuda A: Kecepatan 100 km/jam
o
Kuda B: Kecepatan 90 km/jam
o
Kuda C: Kecepatan 80 km/jam
Sedangkan
dari kegiatan intelijennya, ia tahu bahwa Suku Hatiti, memiliki kuda dengan
spesifikasi kemampuan sebagai berikut:
o
Kuda 1: Kecepatan 95 km/jam
o
Kuda 2: Kecepatan 85 km/jam
o
Kuda 3: Kecepatan 75 km/jam
Dengan
demikian ia pasti akan memenangkan pertandingan, karena jika masing-masing kuda
dipasangkan, maka setiap kudanya lebih cepat 5 km/jam dibandingkan kuda Suku
Hatiti.
Pada
saat hari H pertandingan, apa lacur ternyata Suku Egogo kalah total, hanya satu
kudanya yang menang mutlak, sedangkan 2 kudanya yang lain kalah jauh
ditinggalkan oleh kuda Suku Hatiti. Sampai saat meninggal, ketua Suku Egogo
bingung memikirkan kekalahannya itu, karena ia yakin informasi intelijennya
sangat akurat dan tidak mungkin salah.
Yang
tidak diketahui oleh ketua Suku Egogo adalah, ketua Suku Hatiti sudah mengerti
dan mencium kelicikannya. Maka ia berpikir keras dan mengatur STRATEGI
masak-masak sebalum pertandingan dimulai. Akhirnya setelah berdiskusi panjang
dengan para Tetua Suku dan Orang Pintar ia mendapatkan solusi STRATEGI sebagai
berikut:
Urutan Pacuan Suku
Egogo Suku Hatiti Hasil
1 Kuda A (100km/jam) Kuda 3 (75km/jam) Suku Egogo menang
2 Kuda B (90km/jam) Kuda 1 (95km/jam) Suku Hatiti menang
3 Kuda C (80km/jam) Kuda 2 (85km/jam) Suku Hatiti menang
Moral
cerita
Siapa yang lebih bagus strateginya, ia yang akan menang.•
14. Kisah Pekerjaan Menjadi Gorila
Pada masa krismon, seorang pemuda
sudah enam bulan kehilangan pekerjaan dan belum diterima bekerja di manapun.
Setelah genap setahun akhirnya ia hampir putus asa, sampai akhirnya ada
panggilan lowongan untuknya dari sebuah manajemen perusahaan daerah Kebun
Binatang.
Setelah diinterview, ia ragu
karena lowongannya adalah menjadi Gorila palsu untuk menggantikan si Gori yang
sadah mati minggu lalu. Gorila palsu ini dirasakan perlu ada karena ia menjadi
salah satu daya tarik kuat bagi pengunjung untuk datang selama ini.
Akhirnya diterimalah lowongan itu
sekalipun dengan berat hati, dari pada menganggur dan keluarga nggak bisa
makan, pikirnya. Ia kemudian ditraining gerakan menjadi Gorila selama satu
bulan, meloncat, bergelantungan, garuk-garuk dan sebagainya.
Saat pertama kerja agak kagok,
namun hari demi hari akhirnya terbiasa menjalankan pekerjaan aneh ini. Setelah
tiga bulan, akhirnya ia menjadi sok dan bertingkah loncat sana sini dengan
pongahnya bak Gorila jagoan. Tanpa disadari ia sudah dekat dengan kandang Singa
dan ia terpeleset kulit pisang sehingga jatuh ke kandang Singa itu.
Penonton beramai-ramai menonton
saat “Gorila” itu berlarian dikejar Singa kesana kemari untuk menghindari
terkaman. Ia benar-benar ketakutan berharap ada penjaga yang segera
menyelamatkannya. Namun penjaga itu tak kunjung datang, sampai akhirnya ia
terpojok di sudut dan tak bisa lari lagi.
Tanpa pikir panjang, demi
keselamatan nyawanya akhirnya ia memutuskan berteriak minta tolong. Tengah ia
berteriak “Tooooool....”, tiba-tiba dari kepala Singa itu nampak tersembul
kepala manusia dan berbisik “Gila kamu jangan berteriak, nanti kita berdua
dipecat dari kerjaan sialan ini!!!!”
Moral Cerita:
1. Terkadang
kita takut sama orang lain (pejabat, anggota dewan, dan sebagainya) yang kita
anggap berkuasa dan punya power (seperti Singa), padahal sebenarnya di balik
itu semua sebenarnya mereka juga cuman karyawan yang bekerja mencari uang dalam
profesinya itu.
2. Sama saja
dengan kita!
3.
Jadi ngapain takut!
15.
Kisah menyeberangi papan di antara dua gedung
Seorang
petani memiliki keledai kesayangan bernama Willie, yang sekalipun buta namun
sangat diandalkannya selama bertahun-tahun. Pada suatu hari saat hendak pergi
ke lain kota dan melintasi hutan kecil, ia bertemu dengan seorang yang mobilnya
terperosok ke got.
Susah
payah orang itu mendorong mobil itu namun tetap saja tidak bergerak. Akhirnya
petani itu menghampiri dan berusaha menolongnya dengan cara mengikat mobil itu
untuk ditarik dengan keledainya. Ia katakan pada keledainya itu “Willie, ayo
kita selamatkan mobil itu, tariiiikkkk…!”
Setelah
dicoba berkali-kali, ternyata keledai itu tak kuat juga menarik mobil itu
keluar got. Akhirnya petani itu memutar akal beberapa saat lamanya. Akhirnya ia
menepuk-nepuk punggung keledai itu, kemudian ia bertepuk tangan sambil
berteriak:
“Ayo
Henry…, tarik yang kuat… ayoooo!!!”
“Ayo
James…, sekarang kamu tarik … tarik… tarik yang kuat!!”
“Ayo
Mary …., giliranmu cepat tarik yang kuat!!”
Kemudian
dengan teriakan yang menggelegar ia berseru:
“Ayo
Willie…, sekarang giliranmu yang harus tarik dengan kuat…!!!!”
Ajaib,
pelan tapi pasti, mobil itu tertarik ke atas got dan akhirnya bisa diselamatkan
dengan baik.
Pemilik
mobil itu sambil berterima kasih bertanya, “Kenapa Anda memanggil berbagai nama
seolah ada lebih dari satu keledai?”. Petani itu menjawab, jika si Willie
berpikir bekerja sendiri, maka ia akan pesimis. Namun jika ia berpikir ada
banyak keledai lain yang bersamanya menarik beban itu, maka ia akan merasa
lebih enteng dan optimis. Keledai saya itu buta”.
Moral kisah:
·
Bekerja sama akan membuat kita mengerjakan
sesuatu dengan lebih baik.
16. Kisah 5 Saudara
Bingung
Ada 5 orang bersaudara,
mereka memiliki nama aneh: Seseorang, Setiap Orang, Siapapun, Orang Lain, dan Tak Seorangpun. Mereka tidak terlalu kompak, sekalipun tinggal di rumah
yang sama.
Pada suatu hari Seseorang punya
hajat penting yang dia tidak bisa kerjakan sendiri, ia berpikir mengajak Orang Lain untuk
membantu mengerjakannya. Karena Orang Lain tidak ada di tempat, akhirnya ia meminta pada
Setiap
Orang saja untuk membantunya. Seseorang berpikir bahwa Setiap Orang pasti
akan mengerjakan permintaannya, karena ia sudah mengatakan padanya. Setiap Orang mengiyakan, sambil berpikir bahwa pekerjaan itu pasti
akan dikerjakan oleh Siapapun yang ada di antara mereka.
Namun, ternyata malah Tak Seorangpun yang mengerjakan pekerjaan itu seperti
permintaan Seseorang. Sebab nyatanya Siapapun yang ada pada saat itu mengira bahwa sudah
ada Orang Lain yang mengerjakannya.
Akhirnya Setiap Orang menyalahkan Siapapun yang
ada di depannya, agar ia bisa terhindar dari kesalahan yang ditimpakan Seseorang padanya. Dalam hal ini Tak Seorangpun akhirnya yang mau bertanggung jawab pada
persoalan ini. Setiap
Orang berpendapat bahwa Orang Lain-lah yang salah dalam persoalan ini. Seseorang akhirnya mendendam pada Setiap Orang, karena ia berpikir Tak Seorangpun yang
mengerjakan pekerjaan ini disebabkan karena Siapapun melempar
pekerjaan itu pada Orang Lain.
Apa
moral cerita di atas?
·
Jika sebuah pekerjaan tidak direncanakan dan
dibagikan secara spesifik, maka tak seorang pun yang akan mengerjakan karena
merasa bukan pekerjaannya atau mengira bahwa pasti ada seseorang yang akan
melakukannya.
17. Kisah menyeberangi papan di
antara dua gedung.
Seandainya di antara dua gedung pencakar langit setinggi 20 lantai,
dibentangkan papan tebal anti patah namun lebarnya hanya 20 cm. Jarak antara
dua gedung adalah 50 meter, dengan lantai aspal di bawahnya.
1.
Tanyakan kepada peserta
pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan tanpa imbalan
apa-apa?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakah
dengan sungguh-sungguh bahwa pertanyaan anda adalah serius, apakah mereka juga
menjawab serius?
2.
Tanyakan lagi kepada peserta
pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan
imbalan Rp500 ribu?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakan
dengan pertanyaan seperti di atas.
3.
Tanyakan lagi kepada
peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan
imbalan Rp1 juta?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakan
dengan pertanyaan seperti di atas.
4.
Tanyakan lagi kepada
peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan
imbalan Rp5 juta?”
Tunggu jawaban peserta, umumnya mereka menolak. Jika ada yang setuju, tanyakan
dengan pertanyaan seperti di atas.
5.
Sekarang tanyakan lagi
kepada peserta pelatihan:
“Bersediakah Anda berjalan menyeberangi tanpa alat apapun dan dengan
catatan diujung gedung sebelah anak Anda diikat tergantung dan hanya bisa
diselamatkan jika Anda sendiri yang melepaskannya?”
Tunggu jawaban peserta, harusnya mereka setuju.
Moral Cerita
·
Orang akan keberatan/tidak
setuju jika tidak melihat benefit atau melihat benefit terlampau kecil bagi
mereka.
·
Jika benefit cukup
besar saat setuju atau kerugian terlalu besar saat menolak, maka mereka akan
setuju/tidak keberatan.
Mengatasi Keberatan
Pada prinsipnya keberatan adalah “suatu kondisi pikiran” (state of mind) seseorang
yang “tidak positif” kepada kita, dengan demikian langkah pertama menghadapi
keberatan adalah dengan membuatnya masuk pada “kondisi pikiran positif”.
Berdasarkan teknik persuasi NLP, maka teknik mengatasi keberatan dilakukan
dengan cara mengapresiasi terlebih dahulu keberatan mereka. Apresiasi ini
ditunjukkan dengan sikap mengerti dan kalimat yang merefleksikan bahwa kita
mengerti apa yang mereka maksudkan. Apresiasi selalu akan membawa orang dalam
kondisi pikiran yang positif, sehingga akan mempermudah langkah berikutnya
dalam menghadapi keberatan.
1. Keberatan Semu
Ada kalanya seseorang sepertinya mengajukan keberatan, padahal sebenarnya
hanyalah suatu pertanyaan, karena yang bersangkutan kurang pandai mengartikulasikan
pertanyaan sehingga terkesan menjadi mempertanyakan.
Contoh, pertanyaan semacam “Sampai seberapa jauh…. “ atau “Sejauh mana…” seringkali
dianggap keberatan, padahal itu merupakan pertanyaan eksploratif yang membutuhkan
jawaban yang sifatnya elaboratif dan bukti (evidence ).
Sebagai advokator, kita harus bisa membedakan berbagai jenis keberatan seperti
itu. Pertanyaan seperti ini setelah diapresiasi perlu dijawab dengan cara menunjukkan
bukti-bukti yang menunjang atas apa yang dipertanyakan.
Misalnya, “Sampai sejauh mana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan cocok
digunakan di indonesia Bagian Timur? Artinya pertanyaan ini meminta bukti mengenai
kisah sukses penerapan MBS di wilayah Indonesia Timur. Dengan demikian, sajikan
data-data yang mendukung.
2. Keberatan tipe tidak yakin
Ungkapan keberatan yang sebenarnya menunjukkan bahwa pihak lain tidak yakin
atas apa yang kita kemukakan. Ditandai dengan kata “Tidak mungkin”, “sulit”,
“tidak bisa”, “tidak masuk akal”.
Sebagai contoh:
·
“Tidak mungkin
melaksanakan apa yang saudara usulkan tadi….”
·
“Hal itu akan sulit
diaplikasikan, karena ….”
·
“Ini tidak bisa Pak,
sebab…”
·
“Jelas hal itu tidak
masuk akal, karena....”
Hal di atas, sebenarnya lebih merupakan ungkapan keraguan, yang biasanya disebabkan
oleh karena pengalaman yang terbatas dari yang mengatakan, atau pengetahuan
yang sempit, atau rasa percaya diri yang kurang. Bisa juga lantaran
kecenderungan untuk melihat dunia dari sisi “Setengah Kosong”, yakni bagian
sulitnya saja.
Dalam menghadapi pertanyaan/ungkapan semacam ini, advokator perlu mengenali
bahwa ini bukan mutlak keberatan, bukan pula mempersoalkan atau penolakan. Jauh
lebih nyaman dan akan mudah menjawab apabila advokator segera
memandang hal ini sebagai: permintaan bantuan dari orang lain untuk
diyakinkan. Dengan sikap seperti itu, akan mudah bagi advokator untuk berkepala
dingin dan berfokus pada jawaban untuk membantu. Cara menanggapinya adalah
dengan cara melakukan klarifikasi terlebih dahulu atas “keberatannya” itu. Teknik
mengklarifikasi dengan cara bertanya secara sopan/halus:
·
“Boleh saya dijelaskan
apa yang Anda maksudkan dengan tidak mungkin?”
·
“Bisakah saya
menanyakan apa yang Anda maksudkan dengan tidak masuk akal?”
·
“Em, saya ingin
mendapatkan pema haman mengenai kata sulit diaplikasikan, bisa dipaparkan
kesulitannya seperti apa?”
Teknik klarifikasi seperti di atas merupakan salah satu teknik NLP yang
disebut Meta-model dalam NLP, artinya menggunakan bahasa untuk mengklarifikasi
bahasa itu sendiri.
Selain itu perlu dicermati bahwa jika pihak lain merasa kurang percaya dengan
kita, berarti kita kurang berhasil membangun kepercayaan di mata mereka.
Gunakan prinsip-prinsip yang sama dengan membangun kepercayaan yang dijelaskan
dalam modul 1.
3. Keberatan akibat mencampuradukkan antara Kata Proses = Kata Benda
Keberatan lain yang lazim terjadi adalah disebabkan karena peserta mencampuradukkan
antara kata proses dan kata benda (istilah NLP = nominalisasi).
Contohnya adalah seseorang mengungkapkan keberatannya mengenai suatu tata laksana
atau suatu prosedur.
·
“Saya lihat prosedur
baru yang anda tawarkan sulit terlaksana.”
·
“Hal itu melanggar tata
laksana yang ada.”
Prosedur dan tata laksana bisa digolongkan sebagai kata benda, sekalipun sebenarnya
adalah kata proses, di mana di dalamnya ada suatu proses tahap demi tahap. Di
sinilah kunci untuk menyelesaikan keberatan jenis ini, yakni kita melakukan
klarifikasi atas proses itu. Pada langkah/tahap mana dari proses itu yang dimaksudkan
oleh pembicara.
·
“Saya lihat prosedur
baru yang anda tawarkan sulit terlaksana.”
·
Pada prosedur di tahap
berapa, yang Anda maksudkan sulit dilaksanakan?
·
“Hal itu melanggar tata
laksana yang ada.”
·
Pada tata laksana point
yang ke berapa, hal ini melanggar?
4. Keberatan yang dikaitkan/dibandingkan dengan hal lain
Keberatan ini antara lain berbentuk kalimat:
o “Adanya masalah lain yang lebih penting dibandingkan
dengan apa yang anda sampaikan kepada kami, yakni….”
o “Permasalahan yang saudara kemukakan, justru berpotensi
merugikan kabupaten ini karena alasan tertentu (menurunkan PAD, mengancam kerukunan
warga, alasan timing yang tidak tepat (Pilkada, bulan puasa, dll)) .
Keberatan yang pertama dicegah dengan agreement frame, dan outcome
frame. Kemudian jika mungkin lakukan penggabungan, bahwa jika ditangani
secara
bersamaan akan menghasilkan sesuatu yang sangat baik.
Keberatan
jenis kedua dicegah dengan contrast frame (cost benefit ), dan
kemudian lakukan reframing content ataupun konteks.